PojokPantura.Com – Ulama nasional sekaligus Dewan Pertimbangan Presiden, Habib Luthfi bin Ali bin Yahya melaksanakan “Silaturahim Kebhinekaan” di berbagai tempat di Kabupaten Pemalang, Pekalongan dan Batang. Acara tersebut secara marathon digelar pada hari Kamis, 18 Juni 2020.
Acara yang di prakarsai oleh Watimpres, masing-masing Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) dan Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) di masing-masing kabupaten dan kota ini berlangsung aman dan lancar di berbagai tempat dengan tetap memperhatikan Protokol Kesehatan.
Habib Luthfi sekaligus Watimpres menekankan untuk memperkuat atau memperkokoh NKRI haruslah dengan menjaga dan memelihara kebhinekaan. “Ini agar kita saling menjunjung, menghormati, dan menghargai di antara sesama,” ujar Habib Luthfi.
“Memelihara kebhinekaan menjadi bekal untuk regenerasi ke depan, semua akan menjadi banteng yang kuat sebagai pertahanan nasional dan mempertahankan persatuan dan kesatuan bangsa, sehingga menjadi bangsa yang tidak dapat digoyangkan.” Kata Watimpres saat berada di Batang.
H Junaedi selaku Bupati Pemalang, mengucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya atas kehadiran Watimpres dan kesuksesan agenda silaturahmi kebhinekaan di Pemalang walaupun dalam kondisi pandemic Covid-19.
“Kami juga berterimakasih kepada masyarakat yang sudah mematuhi protokol pencegahan Covid-19 sehingga penanggulangan bisa berjalan maksimal,” ucapnya.
Di tempat terpisah, Walikota Pekalongan, Saelany Machfudz, mengatakan, “Dengan persatuan dan kesatuan, NKRI akan tetap jaya selamanya, dan Kota Pekalongan menjadi kota yang tenteram, aman, dan nyaman untuk beraktivitas,” ungkap Saelany.
Baca Juga: Hadir Dalam Satu Pengajian, Para Cabup Pemalang Dinasehati Habib Luthfi
Agenda yang digelar dalam satu hari ini bertempat di rumah-rumah ibadah. Seperti di Pemalang yakni Masjid Al Hidayah, Gereja Santo Lukas dan Wihara Parama Maitreya. Di Pekalongan, yakni Masjid Jami Kauman, Kelenteng Po An Thian, Gereja St Petrus, dan Vihara Bodhi Dharma. Serta di Batang yakni Masjid Agung Kab. Batang dan Gereja Kristen Jawa.
“Sekali Indonesia Tetap Indonesia, dengan kata lain NKRI harga mati, Pancasila harga mati,” tegas Habib Luthfi.