Pojok Pantura | PojokPantura.Com - Kata Ihsan sama dengan hasana/hasuna, yahsunu dan husnan yang artinya kecantikan, keseimbangan, kebaikan, kemurahan hati, kesalehan dan kebajikan. Antonimnya adalah isa’a, yang berarti adalah keburukan. Dalam Tahdzib al-Lughah, Imam Abu Manshur Muhammad Al Azhari mengutip pendapat al Syahbani tentang makna dasar dari kata ihsan dalam kaitannya dengan ayat dibawah ini:
وقولوا للناس حسنا
“Serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia”
Al-Laits mengatakan bahwa ayat di atas artinya adalah mengucapkan hal baik dan menyenangkan pihak lain. Al-Zujaj menyebut pula bahwa yang dimaksud adalah berbicara kepada orang dengan cara terbaik, terindah, terbijak dan terbaik. Al-Mundziri meriwayatkan dari Abu Haitsami, bahwa kata husnan dan hasanan keduanya bermakna sama dengan ihsan yakni sesuatu yang indah. Dan yang dimaksud adalah indah segalanya, baik itu ucapan dan sikap, aksi moral ataupun kebiasaan umum. Bahwa perintah Allah menunjukkan bahwa kita harus bersikap baik, bukan saja dalam ucapan tapi dalam seluruh kebiasaan umum.
Seseorang harus berinteraksi dengan yang lain secara ramah, shaleh dengan niat baik dengan cara baik dan indah. Kata ini juga telah digunakan dalam perintah bersikap baik dan indah kepada orang tua. Dalam QS. Al-Ankabut (29):08, Allah SWT berfirman:
ووصينا الانسن بولديه حسنا
“Dan kami wajibkan kepada manusia agar (berbuat) kebaikan kepada kedua orang tuanya”
Perintah Allah ini mengajarkan kita bahwa harus bersikap sangat baik kepada orang tua, perlakukan mereka secara halus, harus perlakukan mereka dalam situasi apapun dengan sikap yang baik, serta perilaku terpuji penuh cinta dan kasih sayang dan tidak boleh dalam keadaan apapun kita bersikap kasar kepada mereka. Seluruh sikap dan perilaku terpuji ini terkandung dalam satu kata ihsan.
Seorang mukmin dan muhsin adalah mereka yang menolak sesuatu yang jahat dengan cara yang baik, kejahatan dengan kebajikan. mereka merespon sesuatu yang menyakitkan dengan sikap menyenangkan. Dengan ungkapan sama, Al-Quran telah menyebut prinsip dasar ini dalam QS. Al-Hud (11):114
ان الحسنت يذهبن السيئات
“Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk”
Secara spiritual, implikasi perbuatan saleh sangat kuat dalam menghilangkan kejahatan dan perbuatan ihsan dapat menghilangkan kesalahan dan menyebabkan dosa dapat terhapus.
Perilaku jahat dan salah akan menciptakan kebencian, sedangkan kebaikan dan kebajikan akan menciptakan cinta dan harmoni. Itulah arti sebenarnya dari ihsan. Itulah sebabnya Allah mengajarkan kepada hambaNya untuk meminta hasanah, baik itu di dunia dan akhirat. Allah berfirman dalam QS. Al-Fushshilat (41):34 :
ربنا ءاتنا فى الدنيا حسنة وفى الاخرة حسنة وقنا عذاب النار
“Ya Tuhan kami berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka”
Makna hasanah ini telah diuraikan oleh Anas bin Malik yang dikutip oleh para mufassir muktabar seperti Ibnu Katsir. Dengan nada yang sama imam al-Hasan al-Bashri, Abu Wa’il, al-Suddi, Ibnu Zayd, Muqathil, Sufyan al-Tsauri dan Qutaibah menyebutkan bahwa hasanah di dunia adalah termasuk pengetahuan, tanggung jawab, pengabdian, luas rizeki dan keamanan, perlindungan dari setiap kejahatan, kekacauan dan kerusakan. Sedangkan hasanah di akhirat dapat berarti surga dan ampunan serta terlindung dari siksa neraka dan kesulitan hari akhir. Singkatnya memohon agar terlepas dari kesulitan dunia dan akherat. Makna kebaikan dan perlindungan inilah makna terang dari yang terkandung dalam kata ihsan.
Perbedaan Ihsan Dan Adil
Perbedaan adil dan ihsan telah tergambar jelaskan dalam al-Quran. Allah berfirman dalam QS. Al-Nahl (16):90.
ان الله يأمر بالعدل و الإحسن
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu berlaku adil dan berbuat kebajikan.”
Menurut imam al-Raghib al-Ashfahani, adil melakukan sesuatu yang standarnya yaitu memberikan apa yang harus diberikan dan mengambil apa yang diperintahkan untuk diambil. Sedangkan ihsan berarti memberi lebih dari standarnya dan mengambil kurang dari standarnya. Perbuatan mulia dari keadilan mengandung kebajikan tinggi sebab seseorang memberikan sesuatu yang menjadi milik orang lain dan mengambil yang menjadi haknya. Namun ihsan lebih tinggi kebajikannya dari adil. Sebab adil adalah melakukan sesuai kompensasi sedangkan ihsan memberikan nilai tambah dan lebih dari kompensasinya. Allah berfirman dalam QS. Al-rahman (55):60 yang artinya:
“Tidak ada balasan untuk kebaikan selain kebaikan (pula).”
Inilah yang telah ditetapkan itu. Seseorang yang memberi lebih dari standarnya telah berbuat ihsan. Oleh sebab itu, Allah mengganjar lebih dari kadarnya pula dengan balasan ihsan Allah berfirman dalam QS. Yunus (10):26 yang artinya:
“Bagi orang-orang yang berbuat baik ada pahala yang terbaik (surga) dan tambahannya (kenikmatan melihat Allah).”
Dalam hadist riwayat Ibnu Majah dalam al-Sunan, Abdullah bin Masud menceritakan bahwa pernah ada seorang laki-laki berkata, “wahai Rasulullah bagaimana agar aku dapat berbuat ihsan? Rasulullah menjawab, “apabila tetanggamu berkata bahwa engkau adalah orang baik maka engkau adalah orang baik. Apabila mereka berkata bahwa engkau adalah orang jahat maka engkau adalah orang jahat.”
Anas bin Malik berkata bahwasanya Rasulullah bersabda: “apabila Allah telah mengumpulkan manusia generasi awal dan generasi akhir, maka di sebuah tangga di dalam Arasy seorang penyeru akan berseru, “Dimanakah para pelaku kebaikan?. Mereka menjawab "kamilah para pelaku kebaikan. " Dia menjawab, "kalian benar!" Aku berkata kepada nabi, "tidak ada jalan untuk menghalang-halangi para pelaku kebaikan.” Kemudian Allah berfirman di QS. Al-Taubah (09):91 yang artinya:
“Tidak ada jalan untuk menghalang-halangi kalian. Masuklah kalian ke dalam surga karena RahmatKu.”
Dalam hadist riwayat Abu Nu’aim, Anas bin Malik menambahkan, “lalu Rasulullah tersenyum dan bersabda, "sungguh Allah telah menyelamatkan mereka dari dahayatnya kesulitan-kesulitan hari kiamat." Jabir berkata bahwasanya Rasulullah bersabda, "sesungguhnya orang yang paling aku cintai dan paling dekat denganku kedudukannya pada hari kiamat adalah orang yang paling baik akhlaknya." (HR. Tirmidzi)