Kabar terbaru datang dari Tempat Pembuangan Akhir (TPA) di Desa Penujah Kecamatan Kedungbanteng yang semakin hari mulai berkurang daya tampungnya. Perlu diketahui Kabupaten Tegal tiap harinya menghasilkan sampah sebanyak 407 ton. Berarti bisa dikatakan bahwa kab. Tegal hari ini darurat sampah.
Sampah menumpuk yang tidak dapat dikelola dengan baik akan mengakibatkan dampak buruk, terutama di musim hujan. Pemerintah pusat sampai tingkat kelurahan/desa harus berinovasi dalam mengelola sampah yang menumpuk di daerahnya. Seperti halnya dilakukan di desa Harjosari Kidul dan desa Balaradin kabupaten Tegal.
Program Tukar Sampah Dengan Sembako Di Desa Harjosari Kidul
Edi Maryono selaku Direktur Bank Sampah Maju Bersama Desa Harjosari Kidul mengungkapkan, pengelolaan sampah di Harjosari Kidul menggunakan dana APBDes yang dimulai tahun 2019 kemarin.
“Sudah dimulai pada tahun 2019 dengan menggunakan APBDes dengan membeli enam motor Tossa dan Satu sepeda motor yang khusus digunakan untuk operasional bank sampah yang nasabahnya sudah sekitar 70 orang”, ungkapnya.
Ia menambahkan bahwa petugas-petugas yang menggunakan Tossa dan motor itu tugasnya berkeliling untuk mengambil sampah dari rumah ke rumah yang nanti bisa ditukar dengan sembako.
“Tugasnya mengambil sampah dari rumah-rumah yang sudah dipilah untuk kemudian ditukar dengan sembako.
Edi juga menjelaskan, Pemdes juga sudah membuat peraturan desa tentang larangan membuang sampah sembarangan khususnya di sungai atau bantaran. Bagi masyarakat akan didenda jika melanggar perdes tersebut.
TPS Desa Balaradin Dijadikan Agrowisata
Berbeda dengan desa Harjosari Kidul yang memotivasi warganya untuk tidak membuang sampah sembarangan dengan menukarkan sampah dengan sembako, di desa Balaradin, sekitar Tempat Pembuangan Sampah (TPS) akan dijadikan agrowisata.
Hal ini dituturkan oleh Kades Balaradin, Umar Usman bahwa sekarang lahan sekitar TPS di Desa Balaradin Kecamatan Lebaksiu menjadi destinasi agrowisata baru di Tegal. Ia juga membeberkan apa yang dilakukan pihaknya dalam mengelola sampah di TPS.
“Sampah di TPS Desa Balaradin diolah agar tidak menimbulkan bau. Hasil olahan tersebut kemudian dijadikan pupuk organik yang digunakan untuk lahan pertanian di sekitar TPS”.
Ia lalu melanjutkan,
“Agrowisata berupa lahan pertanian yang ditanami melon, semangka, dan aneka tanaman lain, yang beberapa hari ke depan sudah bisa dipanen”, tuturnya.
Program Kabupaten Tegal Merdeka Sampah
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Tegal Muchtar Mawardi, mengungkapkan kekhawatirannya TPA di desa Penujah akan over kapasitas. Melihat fenomena itu, maka pihaknya akan meluncurkan program yang diberi nama “Kabupaten Tegal Merdeka Sampah”.
Ia berharap dengan berjalannya program ini, pada tahun 2024 nanti sampah di Kabupaten Tegal berkurang sampai tiga puluh persen. Untuk mengawalinya adalah dengan mendorong desa-desa agar meniru program dari desa Harjosari Kidul dan desa Balaradin yang sudah berjalan baik dan produktif.
"Untuk menuju Kabupaten Tegal merdeka sampah, diawali dengan program desa merdeka sampah. Seperti Desa Harjosari Kidul, Balaradin dan desa-desa lain yang sudah memulai program ini", katanya.
Muchtar kemudian menerangkan bahwa situasi pengelolaan sampah di Kabupaten Tegal, dibagi menjadi dua kawasan, yaitu perkotaan dan pedesaan. Penyelesaian sampah di kawasan perkotaan diprioritaskan memantapkan dan meningkatkan kinerja petugas yang ada di lapangan, seperti di tempat-tempat umum dan strategis di perkotaan sampai dengan penjadwalan petugas mengambil sampah masing– masing dua kali pengambilan pagi dan sore.
Baca Juga: Mengusung Konsep Modern dan Asri, RSUD dr. Soeselo Akan Menambah Gedung Lagi Berlantai Empat
Adapun untuk kawasan pedesaan, saat inilah sedang digiatkan program Desa Merdeka Sampah. Diharapkan sampah mulai dipilah sejak dari awal atau dari sumbernya.
"Yang terbanyak adalah sampah rumah tangga. Makanya program desa merdeka sampah harus benar-benar digalakkan", pungkasnya.