PojokPantura.Com - Tak satupun manusia yang bisa menghentikan ataupun mengulangi waktunya kembali sesuai kehendaknya. Hal itu menandakan masa atau waktu akan terus menerus berjalan maju’ tanpa memperdulikan manusia. Mengingat manusia hidup di ruang dan waktu yang terbatas, maka sudah seharusnya segala kesempatan yang didapat digunakan untuk kebaikan dan kemanfaatan hidup.
Kehidupan punya banyak rahasia. Termasuk di dalamnya ialah waktu. Jadi semua manusia tak ada yang tahu akan diberi waktu berapa lama untuk hidup di dunia. Sebenarnya tak jadi soal seberapa lama manusia dikasih waktu untuk hidup. Karena tak ada artinya jika manusia dikasih waktu yang panjang untuk hidup namun tak digunakan untuk kebaikan dan beribadah kepada Allah SWT.
Contoh sederhana manusia yang sanggup memanfaatkan waktu dengan sangat baik yakni Imam Syafi’i. Beliau diberi waktu hidup oleh Allah cuma 54 tahun. Beruntungnya, Imam Syafi’i mempergunakan waktunya dengan sangat baik sehingga beliau punya belasan karya kitab. Lebih fenomenalnya lagi, beliau merupakan pendiri madzhab dalam bidang fiqih yakni madzhab Syafi’I yang diikuti oleh jutaan umat Islam sampai sekarang.
Contoh lebih jelas lagi ialah KH. Abdul Wahid Hasyim. Menteri Agama pertama RI ini diberi waktu oleh Allah untuk hidup hanya 39 tahun. Namun Namanya harum sebagai salah satu bapak pendiri bangsa. Waktu beliau hampir seluruhnya digunakan untuk ibadah, perjuangan memerdekakan dan kemaslahatan Indonesia.
Dua contoh manusia di atas sebenarnya sudah menjadi gambaran betapa waktu yang sedikit jika dapat dimanfaatkan dengan benar, maka akan menghasilkan berbagai kebaikan alias hidupnya tak merugi. Allah SWT sendiri sudah memberikan petunjuk kepada manusia agar hidupnya tidak merugi dan waktunya selalu digunakan untuk ibadah dan kebaikan.
Ada 4 petunjuk dari Allah untuk manusia lakukan agar hidupnya tak merugi. Sebagaimana firman Allah surat al-Ashr ayat 1-3.
وَالْعَصْرِۙ – ١
اِنَّ الْاِنْسَانَ لَفِيْ خُسْرٍۙ – ٢
اِلَّا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ ەۙ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ - ٣
Demi masa. Sungguh, manusia berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran.
4 Hal Harus Dilakukan Agar Manusia Tak Merugi
Berdasarkan 3 ayat dalam surat al-Ashr di atas bisa dilihat bahwa Allah SWT sudah menstatuskan hidup manusia dalam kondisi merugi. Namun Allah mengecualikan manusia-manusia yang melakukan 4 hal dalam hidupnya, di antaranya sebagai berikut:
Pertama, Beriman. Artinya manusia jika ingin hidupnya beruntuh hal pertama yang wajib dilakukan adalah dengan beriman kepada Allah SWT dan turunannya sebagaimana dalam 6 rukun iman dengan sungguh-sungguh. Allah SWT pun sudah berjanji memberikan ganjaran yang besar kepada orang yang beriman. Hal ini difirmankan Allah dalam surat an-Nahl ayat 97.
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
"Barang siapa yang mengerjakan amal saleh —baik laki-laki maupun perempuan— dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik. Dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik daripada apa yang telah mereka kerjakan”
Kedua, amal soleh yang didasari oleh iman. Sebagaimana yang telah ditegaskan dalam surat al-‘Ashr bisa mencegah manusia dari kerugian, bahkan di akhirat menjadi bekal untuk berjumpa dengan Allah. Hal ini bisa kita temukan dalam al-Qur’an al-Adzim surat al-Kahfi ayat 110 :
قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ يُوحَى إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ فَمَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلا صَالِحًا وَلا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا
“Katakanlah, “Sesungguhnya Aku ini hanya seorang manusia seperti kalian, yang diwahyukan kepadaku bahwa sesungguhnya Tuhan kalian adalah Tuhan Yang Maha Esa. Barang siapa mengharapkan perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadat kepada Tuhannya”
Ketiga, saling menasehati dalam kebenaran. Manusia dilengkapi oleh Allah dengan insting dan perasaan. Karena itu seseoarng mudah terpengaruh oleh segala sesuatu yang terjadi di sekitarnya. Bereaksi terhadap sesuatu apa yang dilihat dan didengar dapat menyebabkan lupa akan sebuah kebenaran yang hakiki. Maka sangatlah penting untuk saling menasehati agar tetap dalam petunjuk kebenaran dari Allah. Oleh karena itu ada pesan penting dari Allah SWT mengenai hal ini dalam al-Qur’anul al-Adzim Q.S. at-Taubat ayat 119 :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ
"Wahai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar"
Artikel Lainnya: Puisi Untuk Orang Yang Gelisah Dengan Rizkinya
Keempat, saling Menasehati dalam kesabaran. Dalam menjalani kehidupan, manusia berhadapan dengan godaan dan tantangan. Maka diperlukan kesabaran agar manusia tidak mengalami kerugian. Allah berfirman dalam al-Qur’anul al-Aziz Q.S al-Baqarah ayat 155 :
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الأمْوَالِ وَالأنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ
Artinya : “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepada kalian dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.”