Pekalongan kota merupakan daerah yang sekarang hampir tiap tahun di musim penghujan mengalami rob dan banjir. Menurut Hadi Pranggono Dekan Fakultas Perikanan Universitas Pekalongan (Unikal), musibah ini sudah sangat sulit teratasi.
Ia pun mengungkapkan banjir sering terjadi di daerah utara kota pekalongan yang tidak ada tanggulnya. Padahal dulu daerah-daerah seperti Slamaran belum pernah ada rob atau banjir.
Hadi pun mengingatkan kembali prediksi dari hasil penelitian yang perlah dilakukan oleh Dr Heri Andreas, ahli kgeodesi dari Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian Institut Teknologi Bandung (ITB) pada 2007-2013 mengenai fenomena bencana rob dan banjir di kota Pekalongan.
“Menurut penelitian itu, 30 tahun lagi Kota Pekalongan akan hilang, tenggelam jadi laut. Semoga prediksi dari penelitian itu tidak tepat,” katanya.
Prediksi itu berdasarkan dari fenomena cepatnya penurunan 10-17 sentimeter muka tanah tiap tahunnya. Akibat dari hal ini, sekarang mulai banyak warga yang meninggikan rumah dan halamannya dan pemerintah pun ikut-ikut meninggikan jalanan di wilayah utara kota Pekalongan. Menurut Hadi, hal-hal tersebut bukanlah solusi yang tepat.
“Meninggikan jalan itu juga bukan solusi. Perbaikan terhadap drainase secara total bisa menjadi solusi. Namun itu tidak menjamin. Kondisi pesisir sekarang lebih tinggi dari pada di pusat kota,” jelasnya.
Kondisi itu berakibat wujud Kota Pekalongan menjadi semacam mangkuk. Cekung di tengah.
Drainase dan sungai tidak mengalir ke laut saat hujan deras. Air tertahan di tengah kota, sementara air laut malah mengalir ke selatan.
Selain sebab di atas, Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (Pamsimas) juga dianggap sebagai penyebab lain dari turunnya muka tanah. Hal ini karena dulu pemerintah memperbolehkan perusahaan, industry dan masyarakat untuk mengambil air bawah tanah dalam skala besar.
Namun seiring berjalannya waktu, pemerintah kota Pekalongan mulai sadar dampak buruk yang timbul akibat aktivitas pengambilan tanah berskala besar tersebut. Alhasil, sekarang sudah ada regulasi yang ketat untuk melakukan aktivitas itu.
Hadi juga menuturkan sebab lain dari musibah banjir dan rob yang secara rutin dihadapi oleh masyarakat. Sebab itu adalah tak ada kesadaran dari masyarakat untuk membuang sampah dan limbah ke tempatnya. Mereka sering membuangnya di aliran sungai. Maka perlu ada kesadaran untuk menjaga alam bersama-sama dengan wujud kongkritnya yakni tidak membuang sampah sembarangan.
Baca Juga: 3 Kota di Jawa Tengah ini Diprediksi Akan Tenggelam
“Masyarakat jangan merasa dimanjakan dengan alam yang gemah ripah loh jinawi, jadinya lupa dan sembarangan dalam membuang sampah,” pungkasnya.