Judul di atas sepertinya sudah sering kita dengar dari lisan orang lain dan sudah sering pula kita baca dari tulisan yang berada di depan mata. Kedati demikian kita seringkali abai terhadap kalimat yang berbau nasehat tersebut. Padahal jika kita mau berpikir jernih, kalimat ini sungguh bisa mengubah cara pandang dan perilaku kita sehari-hari ke arah yang lebih baik.
Memang baik mencintai dan membenci merupakan kedua rasa yang berubah menjadi kata kerja yang hampir selalu melingkupi setiap diri seseorang. Terkadang jika kita menuruti hawa nafsu, pasti kita akan melakukan kedua hal tersebut secara ekstrim. Maksudnya mencintai sepenuhnya pada sesuatu dan membenci seratus persen pada sesuatu. Dalam bahasa agama, kita mengenal istilah ifrath (lebay, berlebihan), atau tafrith (abai, mengingkari).
Sesuatu di sini bisa berupa banyak hal. Bisa seseorang, sebuah benda, kelompok orang, maupun sebuah fenomena. Apabila kita memandang, merespon atau menilai hal-hal di atas dengan cara ekstrim, maka nantinya kita cenderung melebih-lebihkan tanpa cacat dan mengingkari dengan seingkar-ingkarnya. Kecenderungan-kecenderungan inilah yang setelahnya membuat kita akan lupa segalanya dan binasa di dalamnya.
Mencintai Sewajarnya
Banyak orang di antara kita memiliki kecintaan yang terlalu terhadap suatu hal, baik ia bisa menggapainya ataupun tidak. Seperti contoh para youtuber artis yang begitu cintanya kepada mobil, sehingga mereka membeli belasan mobil yang ia sukai. Ada juga yang mencintai seseorang dengan sepenuhnya sampai ia rela melakukan apa saja tanpa memperdulikan norma maupun hukum yang berlaku. Dan contoh-contoh sejenis lainnya.
Perilaku mencintai seperti di atas terlihat tak salah dan bisa dibenarkan. Namun sesungguhnya ekspresi cinta di atas bisa membuat seseorang lupa kepada dzat yang maha pemberi, yakni Allah SWT. Bagaimana tidak, seseorang yang mencintai dengan tidak wajar itu terus menggenggamnya, termasuk di dalam hatinya. Ia akan terobsesi terus menerus menambah cintanya itu lebih ekstrim lagi. Mungkin ketika ia tak mampu, ia akan melakukannya tanpa melihat norma dan hukum yang ada.
Contoh di atas mudahnya ialah seorang anak kecil yang terlalu sering dipegangi smartphone untuk bermain game. Lalu lama kelamaan ia akan menjadi terlalu mencintai game tersebut dan terobsesi ingin ngegame terus. Caranya bisa ia merengek kepada orang tua terus menerus sampai ia dapati smartphone-nya. Bisa juga ia mencuri-curi kesempatan untuk mengambil smartphone-nya.
Bisa dilihat, mencintai sesuatu yang tak wajar ini berakibat kita enggan atau malas melakukan hal diluar sesuatu tersebut. Ia cenderung akan melawan seseorang yang menghalang-halanginya. Hasan al-Bashri dalam kitab Faidhu Al-Qodiir syarh Al-Jami' al-Shagir telah menasehati kita agar selalu mencitai sewajarnya saja:
“Mencintailah kalian sekedarnya saja, menbencipun sekedarnya saja. Sebab ada sekelompok orang terlalu berlebihan dalam mencintai sehingga mereka menjadi binasa karenanya, dan juga ada sekelompok orang terlalu berlebihan dalam membenci sehingga mereka menjadi binasa karenanya.”Membenci Sekedarnya
Sama halnya dengan mencintai, membenci pun berawal dari hawa nafsu yang masuk ke dalam hati seseorang. Jika kita turuti hawa nafsu tersebut yang diaplikasikan kepada perilaku benci, maka ia akan menyelimuti kebencian ke dalam hati, akal dan pikiran. Sehingga tanpa ada filter dengan berfikir dan perenungan, kita akan membenci sesuatu secara utuh-utuhnya.
Terkadang celakanya kita, mungkin rasa benci yang ada terhadap sesuatu itu tanpa dasar dan bukti yang membenarkannya. Jadi itu pandangan sesat semata. Jika itu terjadi, maka seratus persen kita salah. Namun jika kebencian kita itu punya dasar dan bukti yang akurat, maka kita juga masih dituntut untuk berfikir terlebih dulu, pastilah kita nanti akan menemukan setitik kebaikan atau segenggam kemanfaatan yang ada di dalam sesuatu tersebut.
Begitu membenci sesuatu jelas salah. Karena ini berakibat kita tak dapat berlaku adil terhadap sesuatu. Semisal kita sangat benci terhadap seseorang, mungkin di dasari atas perilaku dia yang buruk dan dilakukan berulang-ulang. Kita jangan lantas membenci keseluruhan yang ada pada orang tersebut. Karena setiap yang diciptakan Allah pasti ada kebaikan dan manfaatnya.
Cara menetralisir kebencian kita terhadap orang tersebut dengan memandang kebaikan-kebaikan yang pernah ia lakukan. Selain itu, kita bisa mencari tahu kenapa dia melakukan hal-hal yang kita pandang itu buruk dan cari solusi solutifnya. Karena sesungguhnya Allah menyukai hambaNya yang memiliki pandangan dan sikap yang adil, termasuk dalam hal-hal demikian. Sebagaimana firman Allah Q.S al-Maidah ayat 8:
...وَلَا يَجۡرِمَنَّكُمۡ شَنََٔانُ قَوۡمٍ عَلَىٰٓ أَلَّا تَعۡدِلُواْۚ ٱعۡدِلُواْ هُوَ أَقۡرَبُ لِلتَّقۡوَىٰۖ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَۚ إِنَّ ٱللَّهَ خَبِيرُۢ بِمَا تَعۡمَلُونَ ٨
“… Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah maha tahu terhadap apa yang kamu kerjakan”
Selain berlaku adil bisa lebih dekat kepada takwa, berlaku adil juga dapat membuat kita selamat. Artinya dengan berlaku adil dan tanpa kebencian yang berlebih, sesuatu itu bisa menyelematkan kita dari hal-hal buruk dikemudian hari. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra, Rasulullah SAW bersabda :
ﺃَﺣْﺒِﺐْ ﺣَﺒِﻴﺒَﻚَ ﻫَﻮْﻧًﺎ ﻣَﺎ ﻋَﺴَﻰ ﺃَﻥْ ﻳَﻜُﻮﻥَ ﺑَﻐِﻴْﻀَﻚَ ﻳَﻮْﻣًﺎ ﻣَﺎ، ﻭَﺃَﺑْﻐِﺾْ ﺑَﻐِﻴْﻀَﻚَ ﻫَﻮْﻧًﺎ ﻣَﺎ ﻋَﺴَﻰ ﺃَﻥْ ﻳَﻜُﻮﻥَ ﺣَﺒِﻴﺒَﻚَ ﻳَﻮْﻣًﺎ ﻣَﺎ
“Cintailah orang yang kamu cintai sekadarnya. Bisa jadi orang yang sekarang kamu cintai suatu hari nanti harus kamu benci. Dan bencilah orang yang kamu benci sekadarnya, bisa jadi di satu hari nanti dia menjadi orang yang harus kamu cintai.”
[HR. At-Tirmidzi]
Baca Juga: Abdullah bin Rawahah: Penyair, Panglima Perang dan Petugas Pajak Nabi yang Tegas Tolak Suap
Jadi, cintailah sesuatu sewajarnya dan bencilah sesuatu sekedarnya. Karena sesungguhnya hanya Allah dan Rasul-Nya yang pantas kita cintai sepenuh hati dan sepenuh jiwa mengalahkan segala yang ada di dunia ini. Di sisi lain, bencilah dengan menghindari apa-apa yang diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Karena yang demikian itu kita akan selalu ingat Allah dalam segala hal.