Beberapa hari kemarin Presiden Amerika Serikat Joe Biden mengeluarkan pernyataan yang menyinggung perihal kemungkinan tenggelamnya kota Jakarta beberapa tahun mendatang. Prediksi tersebut sesungguhnya bukan hal baru. Namun karena yang mengeluarkan adalah Presiden AS, maka itu jadi perbincangan lagi.
Beda hal dengan prediksi Biden, Ketua Lembaga Riset Ikatan Alumni Institut Teknologi Bandung (IA-ITB) Heri Andreas, malah memprediksi bukan Jakarta dulu yang tenggelam. Melainkan tiga kota di Jawa Tengah-lah yang berpotensi tenggelam 50 tahun lagi. Tiga kota tersebut meliputi Semarang bagian utara, Pesisir Demak dan Kota Pekalongan.
Baca Juga: Prediksi Hilangnya Kota Pekalongan
"Jadi bisa lebih cepat dari 50 tahun. Yang tergenang itu sekarang di daerah Semarang Utara itu, di Tugu juga sudah mulai parah. Perbatasan dengan Demak juga. Keparahan terlihat ketika hujan awal tahun yang sampai banjir di Unissula, itu membuktikan drainase sudah tidak bisa membuang air ke laut dengan gravitasi karena tanahnya lebih rendah dari air laut," Ungkapnya
Permasalahan yang dihadapi ketiga kota hampir sama, yakni soal massifnya pengambilan air tanah dan kondisi tanahnya yang merupakan sedimen aluvial. Oleh karenanya ia menyarankan agar selama 10 tahun kedepan pemerintah harus giat dalam menangani ini untuk antisipasi prediksi yang buruk tersebut.
"Area-area yang berada di bawah laut lebih luas dari Jakarta. Dalam 10 tahun ke depan jika tidak ada upaya manajemen risiko yang baik, maka prediksi tenggelamnya wilayah-wilayah ini akan lebih pasti dibandingkan Jakarta," ujarnya.
Heri kemudian menjelaskan hasil penelitian terakhir dari Pusat Kajian Mitigasi Bencana dan Rehabilitasi Pesisir (PKMBRP). Ia mengungkapkan rata-rata di daerah tersebut muka tanah turun hingga 12 cm per tahun.
"Penurunan tanah beragam ada 2 cm, 3 cm, 5 cm, sampai rata-rata 10-12 cm pernah tahun. Penggunaan air tanah berlebihan, jadi tanah cepat turun. Selain itu sifat sedimentasi di pantai Semarang itu sedimentasi aluvial. Pernah dengar kan dulu Semarang itu sampai daerah Sam Po Kong adalah perairan? Nah, ini seperti mau kembali," jelasnya.
Hasil penelitian terakhir yang dikemukakan Heri pun selaras dengan pengukuran Badan Geologi Nasional dari dua patok dalam BM (Benchmark) yang dipasang di sekitar Stadion Hoegeng dan di Pekalongan Selatan. Kepala Bappeda Kota Pekalongan, Anita Heru Kusumorini mengungkapkan penurunan muka tanah di Pekalongan per bulan mencapai 0,5 cm, artinya 6 cm per tahun.
"Jika kita amati rata-rata per bulan, ada penurunan tanah 0,5 cm itu patok dalam di Stadion Hoegeng, penurunannya 6 cm per tahun," ungkapnya.