Manusia merupakan makhluk Allah yang paling sempurna dibandingkan dengan makhluk-makhluk lainnya. Salah satu bukti kesempurnaannya ialah manusia dibekali alat kelengkapan untuk bisa berfikir. Alat kelengkapan yang dimaksud disini ialah hati dan akal. Selain manusia, tak ada makhluk yang memilikinya.
Oleh karenanya, Islam sebagai agama paripurna memerintahkan umatnya untuk mempergunakan hati dan akalnya untuk mengetahui, menganalisa, meneliti, merenung, mengobservasi dan menghayati semua yang ada di alam semesta raya ini. Ayat al-Qur’an yang pertama kali turun pun memerintahkan manusia untuk senantiasa membaca. Membaca juga memerlukan hati dan akal bukan?
Tujuan berfikir jelas, supaya keimanan dan ketaqwaan kita menjadi semakin baik dan baik lagi setiap kali berfikir. Sederhananya, berfikirlah untuk mengetahui kebesaran Allah. Memang hati dan akal adalah alat untuk manusia bisa berfikir. Hal tersebut setidaknya tertera dalam kitab Syarah al-Hikam,
الفكرة سير القلب في ميادين الأغيار
“berfikir adalah perjalanan hati didalam semua lapangan kehidupan makhluk.”
Jika manusia berfikir mengenai kebesaran Tuhannya, maka hatinya akan bercahaya. Karena, manusia yang gemar berpikir hal demikian, itu akan menghidupkan rohaninya, mensucikan akalnya, dan menggiatkan pelaksanaan ibadahnya. Mengetahui pentingnya berfikir, maka jangan sampai seorang hamba Allah tak melakukannya.
Jika seorang hamba berfikir untuk mengetahui kebesaran Allah, juga sesungguhnya ia akan mengetahui eksistensinya di dunia. Sebagaimana ungkapan dari seorang filsuf Prancis abad ke-16 M. Ia mengatakan: "cogito ego sum” yang artinya “aku berpikir maka aku ada”. Al-Qur’an juga sudah sangat terang menjelaskan mengenai pentingnya berpikir untuk mengingat kebesaran Allah agar selalu bersyukur kepadaNya. Dalam surat Ali Imron ayat 191, Allah berfirman:
الَّذِيْنَ يَذْكُرُوْنَ اللّٰهَ قِيَا مًا وَّقُعُوْدًا وَّعَلٰى جُنُوْبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُوْنَ فِيْ خَلْقِ السَّمٰوٰتِ وَا لْاَرْضِ ۚ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هٰذَا بَاطِلًا ۚ سُبْحٰنَكَ فَقِنَا عَذَا بَ النَّارِ
“Orang orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): Yaa Tuhan kami tiadalah engkau menciptakan ini dengan sia-sia maha suci engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka”.
Ayat al-Qur’an di atas sesungguhnya memberikan pesan kepada seluruh manusia untuk senantiasa berfikir untuk mengetahui kebesaran Allah, yang itu berarti manusia tersebut sedang mengingat Allah. Tak hanya ketika shalat saja, dalam keadaan apapun setiap manusia wajib mengingat Allah. Sebab berfikir atau berdzikir, itu akan membuat manusia selalu bersyukur dan berusaha selalu bertaqwa kepadaNya.
Mulai dari bangun tidur, manusia harus berfikir dan ingat bahwa bangunnya ia dari tidur termasuk bukti kebesaranNya. Lalu manusia keluar rumah melihat alam, bangunan megah, pohon. hewan dan manusia yang berlalu lalang, itu juga wujud harmoni kehidupan sebab kebesaranNya. Sampai kemudian manusia bersiap tidur, juga memerlukan kembali berfikir untuk mengetahui kebesaran Allah yang sudah ia rasakan selama seharian penuh tadi.
Baca Juga: Ingatlah, Mencintai Sewajarnya dan Membenci Sekedarnya
Terakhir, apabila manusia jarang atau bahkan tak pernah berfikir untuk mengetahui kebesaran Allah, maka ia termasuk orang yang sombong dan tak tahu diri. Karena hati dan akal yang dikasih Allah kepada manusia sebenarnya alat untuk berfikir untuk mengetahui kebesaran Allah. Oleh karenanya, mulai sekarang, marilah kita selalu berfikir untuk mengetahui kebesaran Allah. Supaya kita selalu sadar bahwa kita adalah makhluk yang harus taat kepada sang Khaliq.