Sudah sekitar satu dasawarsa terakhir ini penggunaan media social digemari oleh semua kalangan. Mulai dari anak-anak sampai orang tua, mereka banyak berselancar di dunia maya lewat berbagai platform media sosial. Dampak buruk yang timbul dari fenomena ini dan banyak diperbincangkan adalah banyaknya berita bohong atau hoax yang beredar di media sosial.
Hoax sendiri tidak hanya berarti berita bohong, tetapi juga pemutarbalikan fakta yang sebenarnya dan cenderung berbau fitnah. Jika dulu berita hoax hanya berkembang dari mulut ke mulut secara terbatas yang mungkin penyebarannya hanya sampai satu desa. Kini akibat media social yang sifatnya tak terbatas territorial ini, berita hoax sangat cepat tersebar dan bisa dikonsumsi oleh orang-orang satu negara bahkan dunia.
Saking banyaknya berita yang lalu lalang melintas di beranda social media seseorang jadi semakin sulit membedakan mana berita yang sesuai fakta, mana berita hoax. Tak mudah mengkonfirmasi atau bertabayyun terkait suatu berita jika seseorang tak memiliki akses dengan pelaku atau saksi mata kejadian. Makanya banyak orang yang hanya menelan mentah-mentah berita yang didapat tanpa mau bersusah payah mencari kejelasannya.
Tentu hal di atas akan sangat merugikan bagi dirinya, korban berita hoax maupun masyarakat secara luas. Alangkah ruginya orang yang terprovokasi berita hoax, karena ia bisa melahirkan prasangka buruk dan perbuatan negatif lainnya. Oleh karenanya Islam sebagai agama yang rahmatanlil’alamin, wajib bagi pemeluknya agar teliti biar terhindar dari berita yang sifatnya hoax. Sebagaimana firman Allah dalam ayat 6 surat al-Hujurat yang berbunyi :
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ إِن جَآءَكُمۡ فَاسِقُۢ بِنَبَإٖ فَتَبَيَّنُوٓاْ أَن تُصِيبُواْ قَوۡمَۢا بِجَهَٰلَةٖ فَتُصۡبِحُواْ عَلَىٰ مَا فَعَلۡتُمۡ نَٰدِمِينَ ٦
“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum atas dasar kebodohan, lalu akhirnya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu”
Kisah sebab turunnya surat al-Hujurat ayat 6
Setiap ayat al-Qur’an tak hadir di ruang hampa. Karena al-Qur’an diturunkan kepada nabi SAW bertujuan untuk menjelaskan fenomena atau menjawab problem pada saat itu. Surat al-Hujurat ayat 6 pun demikian. Karena ayat tersebut turun setelah muncul berita hoax yang nabi SAW hampir terkecoh olehnya.
Kisah sebab turunnya surat al-Hujurat ayat 6 itu diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dari al-‘Aufi yang bersumber dari Ibnu Abbas RA. Suatu ketika, ada seorang bernama Al Walid bin Uqbah. Ia diutus oleh nabi SAW untuk mengambil zakat dari kabilah Bani Mustholiq. Kabilah pimpinan al-Harits ini banyak yang baru masuk Islam. Sebelumnya al-Harits sudah bersedia mengumpulkan zakat dari kaumnya untuk diserahkan kepada orang yang diutus oleh nabi SAW.
Setelah diperintah nabi SAW, al-Walid lantas pergi ke kawasan Bani Mustholiq. Belum sampai bertemu al-Harits pimpinan Bani Mustholiq, al-Walid memutuskan tak jadi mengambil zakat. Penyebabnya rasa takut dibunuh yang menyelimuti dirinya. Dugaannya, Bani Mustholiq berbalik murtad karena tak mau bayar zakat. Akhirnya al-Walid ini merekayasa cerita kepada nabi SAW bahwa Bani Mustholiq tak mau bayar zakat dan mau membunuhnya.
Mendengar cerita al-Walid, nabi SAW tak langsung percaya dengannya. Beliau lantas menyuruh beberapa sahabatnya untuk mengecek berita yang dibawakan al-Walid tersebut. Di sisi lain, al-Harits merasa gusar karena utusan nabi SAW tak kunjung datang. Ia malah mengira terjadi suatu hal yang membuat nabi SAW urung mengutus seseorang kepadanya. Akhirnya al-Harits memutuskan pergi menemui nabi SAW di Madinah.
Akhirnya di sebuah jalan, beberapa sahabat utusan nabi SAW dan beberapa Bani Mustholiq termasuk al-Harits bertemu. Mereka saling bertabayyun atas miskomunikasi sebab berita hoax itu. Mereka lalu menemu nabi SAW untuk menjelaskan semuanya. Memanglah nabi SAW benar-benar suri tauladan terbaik. Beliau mengecek dulu sebuah berita yang datang kepadanya sebelum berbuntut panjang, semisal saling caci maki dan peperangan.
Baca juga: Surat Thaha Ayat 25-28 + Tafsir, Doa Nabi Musa As Untuk Menghadapi Firaun
Demikianlah perlunya kita mewaspadai setiap berita dan informasi-informasi yang menjurus pada fitnah, atau berisi cacian kepada satu kelompok tertentu. Kita perlu mengkonfirmasi kebenaran berita itu atau bertabayyun yang dicontohkan nabi SAW. Karena apabila tak waspada dan langsung percaya, maka bisa jadi akan berakibat fatal. Bahkan kedamaian di masyarakat pasti akan terganggu karena permusuhan di antara masyarakat.