Manusia seringkali silau dengan materi. Apapun yang berupa materi, manusia pasti banyak yang suka, seperti uang, kendaraan bagus, barang-barang mahal, paras yang rupawan dan lain sebagainya. Oleh karenanya tak jarang, banyak orang, baik yang sudah maupun belum menikah, ketika ada orang yang rupawan parasnya pasti langsung suka atau cinta. Memang paras rupawan dari dulu sampai sekarang banyak yang dijadikan standar dalam memilih pasangan.
Kasus di atas seringkali dialami laki-laki, baik yang sudah menikah maupun belum. Dalam hal ini Rasulullah mengingatkan kepada kita dalam sebuah hadist. Nabi SAW bersabda:
(الْمَرْأَةُ عَوْرَةٌ فَإِذَا خَرَجَتِ اسْتَشْرَفَهَا الشَّيْطَانُ) رواه الترمذي وغيره
“Wanita itu adalah aurat (harus ditutupi), bila ia keluar dari rumahnya, maka setan akan mengesankannya begitu cantik (di mata lelaki yang bukan mahramnya).”
Riwayat At Tirmizy dan lainnya.
Orang-orang Arab mengungkapkan fenomena ini dengan berujar :
كُلُّ مَمْنُوعٍ مَرْغُوبٌ
“Setiap yang terlarang itu menarik (memikat)”.
Dahulu, ketika hubungan antara kita dengan pasangan itu terlarang dalam agama, maka setan berusaha sekuat tenaga untuk mengaburkan pandangan dan akal sehat kita. Dalam kondisi seperti itu, seakan mata kita menjadi buta dan telinga menjadi tuli dari nasehat dan hukum agama yang pernah diketahuinya akan hal tersebut. Dalam pepatah arab dinyatakan:
حُبُّكَ الشَّيْءَ يُعْمِي وَيُصِمُّ
Cintamu kepada sesuatu, menjadikanmu buta dan tuli.
Namun uniknya, sesudah hubungan antara kita dengan pasangan telah halal, maka spontan setan menyibak tabirnya, dan berbalik arah. Setan tak lagi membentangkan tabir di mata kita, setan malahan berupaya membendung dan menghalangi cinta yang sudah halal tersebut. Setan senantiasa mengintai dan menggoda kita dan pasangan agar saling membenci. Di sisi lain, pasca menikah, kita dan pasangan mulai mengetahui jati diri (sikap,sifat dan perilaku) masing-masing.
Nah, dalam masa-masa pasca menikah ini banyak yang belum siap menerima pasangannya masing-masing. Seperti ternyata ada yang banyak ditutup-tutupi, dibesar-besarkan dan didramatisir sebelum menikah dan sudah kebuka faktanya setelah menikah. Kebanyakan dari orang yang kecewa ini sebab mencintai pasangannya karena materi, terutama paras rupawannya. Oleh karenanya, seharusnya sedari awal Bersikaplah sewajarnya dan senantiasa gunakan nalar sehat dan hati nurani dalam melihat pasangan.
Supaya terhindar dari kekecewaan-kekecewaan di atas, maka kita harus memperhatikan hadist nabi SAW di bawah ini. Beliau bersabda:
(تُنْكَحُ الْمَرْأَةُ لأَرْبَعٍ لِمَالِهَا وَلِحَسَبِهَا وَجَمَالِهَا وَلِدِينِهَا ، فَاظْفَرْ بِذَاتِ الدِّينِ تَرِبَتْ يَدَاكَ) متفق عليه
“Seorang wanita itu dinikahi karena empat hal: karena harta kekayaannya, kedudukannya, kecantikannya dan karena agamanya. Hendaknya engkau menikahi wanita yang taat beragama, niscaya engkau akan bahagia dan beruntung.”
(HR. Muttafaqun ‘alaih)
Dan pada hadits lain beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
(إِذَا خَطَبَ إِلَيْكُمْ مَنْ تَرْضَوْنَ دِينَهُ وَخُلُقَهُ فَزَوِّجُوهُ إِلاَّ تَفْعَلُوا تَكُنْ فِتْنَةٌ فِى الأَرْضِ وَفَسَادٌ عَرِيضٌ) رواه الترمذي وغيره.
“Bila ada seorang yang agama dan akhlaqnya telah engkau sukai, datang kepadamu melamar, maka terimalah lamarannya. Bila tidak, niscaya akan terjadi kekacauan dan kerusakan besar di muka bumi.”
(HR. At Tirmdizi dan lainny)
Perlu diketahui bahwa cinta yang tumbuh karena iman dan akhlaq yang mulia, akan senantiasa bersemi sepanjang hayat. Tidakkah kita semua mendambakan cinta yang senantiasa menghiasi dirimu betapapun kita sudah masuk ke dalam alam kubur dan kelak bersama-sama lagi dibangkitkan di hari kiamat?
Nabi SAW lalu berpesan kepada kita untuk cinta kepada pasangan itu karena Allah. Hal itu akan membuat kita selamat dan beruntung. Beliau bersabda:
(ثَلاَثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ حَلاَوَةَ الإِيمَانِ: أَنْ يَكُونَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا، وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لاَ يُحِبُّهُ إِلاَّ لِلَّهِ، وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِى الْكُفْرِ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِى النَّارِ) متفق عليه
“Tiga hal, bila ketiganya ada pada diri seseorang, niscaya ia merasakan betapa manisnya iman: Bila Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai dibanding selain dari keduanya, ia mencintai seseorang, tidaklah ia mencintainya kecuali karena Allah, dan ia benci untuk kembali kepada kekufuran setelah Allah menyelamatkan dirinya, bagaikan kebenciannya bila hendak diceburkan kedalam kobaran api.”
(HR. Muttafaqun ‘alaih)
Baca Juga: Berfikirlah Untuk Mengetahui Kebesaran Allah
Perhatikan pula nasihat dari Yahya bin Mu’az. Ia berkata: “Cinta karena Allah tidak akan bertambah hanya karena orang yang engkau cintai berbuat baik kepadamu, dan tidak akan berkurang karena ia berlaku kasar kepadamu.”