Kaum perempuan dimanapun memang menjadi salah satu elemen penting dalam gerak industri. Oleh karenanya, Bupati Batang, Wihaji mendorong ormas perempuan dalam hal ini PC. Fatayat NU Batang harus mengambil peran dan peluang di Kawasan Industri Terpadu Batang (KITB).
Hal itu dikemukakan oleh Wihaji dalam sambutannya di pelantikan kepengurusan baru masa bakti (2021-2026) Pengurus Cabang (PC) Fatayat NU Kabupaten Batang. Acara tersebut telah diselenggarakan pada hari Minggu (23/1) lalu di Pendopo Kantor Bupati Batang. Ketua Fatayat NU Batang yang dilantik yakni, Ani Khasanah, Sekretaris Maghfiroh dan jajaran pengurus lainya juga semuanya hadir.
“Maka penting juga keluaga besar NU seperti fatayat hadir di KIT Batang. (Contohnya) ada salah satu perusahaan Korea di Batang yang 90 persen tenaga kerjanya kaum perempuan. Di situlah ada peluang 10 atau 5 menit dalam sebulan sekali untuk sekedar ngaji bareng dengan Fatayat NU,” Jelas Wihaji.
Dengan banyaknya pekerja perempuan yang akan bekerja di KITB dan tempat sekitarnya yang mendukung proses produksi KITB, maka Wihaja berharap agar Fatayat NU untuk ambil peluang dakwah dan ekonomi.
Ditambah lagi menurut Wihaji, penting sekali untuk menjaga akidah masyarakat. Mengingat kabupaten Batang lima tahun mendatang akan mengalami perubahan pola kehidupan dan social yang besar dengan adanya KITB. Mungkin sebagaimana sekarang Bekasi dan Karawang yang menjadi daerah industri.
“Inilah tugas kita sebagai penjaga aqidah ahlussunnah wal jamaah. Ini cara kita membentengi masyarakat Kabupaten Batang. Terpenting dalam berdakwah tidak melanggar undang- undang yang berlaku di negara kita,” tambahnya.
Potensi ekonomi yang akan timbul dengan adanya KITB juga sangat luar biasa, seperti madrasah, perdagangan, jasa laundry pakaian, dan sebagainya. Oleh karenanya harus cepat ditangkap oleh keluarga besar NU, khususnya Fatayat.
Baca Juga: Bupati Batang Dorong Wisata Pantai Agar Menambah Wahana Permainan Jetski
“Peluang ini juga harus dapat ditangkap oleh milenial Fatayat NU. Karena tranformasi digital mau tidak mau kita harus melek dan bisa. Tradisi iya, ngaji juga iya, tapi suka tidak suka kita dihadapkan dengan tranformasi digital,” Imbuhnya.