فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوا لِي وَلَا تَكْفُرُونِ (152) [البقرة: 152]
Berdzikirlah [ingatlah] kamu kepada-ku, niscaya Aku berdzikir [ingat] kepadamu.
Dzikir adalah salah satu amalan utama bagi seorang hamba. Dzikir secara sederhana artinya mengingat, berarti yang dimaksud disini ialah dzikir kepada Allah, apapun bentuk aktifitasnya. Karena sesungguhnya mengingat Allah itu amalan yang paling wajib. Di dalam ibadah lain pun seperti shalat, haji dan lainnya disitu berunsurkan dzikir kepada Allah.
Ingatlah pada Allah maka Allah akan mengingatmu. Kalimat tersebut mengindikasikan betapa sebegitu pentingnya manusia untuk selalu ingat Allah. Bahkan setiap detik dan hembusan nafasnya itu harus ada lafadz Allah. Jika hal itu berlangsung, maka Allah pun akan mengingatnya. Dan jika Allah mengingat hambaNya berarti Allah ridlo kepada hamba tersebut Pentingnya berdzikir pada Allah tergambar dalam hadist nabi SAW di kitab sunan at-Tirmidzi yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Bisr.
Seorang sahabat berkata, “Ya Rasul, amat banyak syari’at dalam Islam ini, ajari aku suatu amalan untuk aku jadikan pegangan!.” Nabi menjawab, Teruslah tidak berhenti membasahi bibirmu dengan dzikir kepada Allah. (HR. Tirmidzi)
Sebagaimana disinggung hukumnya berdzikir di atas adalah wajib, maka konsekuensi dari hukum itu ialah tak boleh manusia luput mengingat Allah. Bagi sebagian manusia memanglah sulit mengingat Allah terus menerus. Tetapi nabi SAW sebagaimana hadist di atas, memberikan solusi berupa dzikir dengan menggunakan lisan.
al itu perlu dilakukan setiap hamba sebagai latihan. Karena hatinya belum bisa ingat/menghadap kepada Allah. Betapapun hatinya masih belum dapat khudhur (hadir/menghadap). Artinya, lebih baik berusaha berdzikir lewat lisan yang merapalkan lafadz Allah walau hatinya tidak, dari pada tidak mengingat Allah sama sekali. Toh, Allah tak sulit mengubah suasana hati hamba-Nya yang berusaha mengingatnya.
Mengamalkan dzikir bil lisan seperti di atas artinya hamba itu siap menaikkan satu tingkat [derajat] tingkat [derajat] yang lebih tinggi. Selain itu, dzikir juga satu-satunya jalan yang terdekat menuju kepada Allah, bahkan sangat mudah dan ringan jika sudah dibiasakan. Sebagaimana hadist Qudsi yang berbunyi:
Abu Hurairah RA meriwayatkan bahwa Nabi bersabda, Allah berfirman, “Aku selalu mengikuti sangkaan hamba-Ku kepada-Ku dan Aku selalu bersamanya ketika ia berdzikir kepada-Ku. Jika ia berdzikir [mengingat] dalam dirinya. Aku pun berdzikir padanya dalam dzat-Ku dan jika ia berdzikir pada-Ku di keramaian, maka Aku pun berdzikir padanya dalam keramaian yang lebih baik dari pada kelompoknya, dan jika ia mendekat kepada-Ku sejengkal, maka Aku mendekat kepadanya sehasta, dan jika ia mendekat kepada-Ku sehasta, Aku mendekat kepadanya sedepa, dan jika ia datang kepada-Ku berjalan, Aku akan datang kepadanya berjalan cepat.
Tahapan berdzikir kepada Allah
Sebagai seorang muslim, tentu berdzikir harus menjadi sebuah rutinitas. Apalagi amalan ini akan mengingatkan bahwa ia ada di dunia itu sebab diciptakan oleh Allah. Maka mengingat-ingta dzat yang maha menciptakan itu sebuah kompensasi yang harus dibayar. Untuk memudahkan dalam berdzikir, berikut tahapan dzikir yang wajib dijalani ialah sebagai berikut:1. Dzikir Lisan tapi hati lalai
Sibuknya lisan dengan dzikir pastinya bernilai pahala, cuma jangkauannya terbatas pada satu organ tubuh; lisan, tidak merambat pada organ tubuh lain. Namun, perlahan dzikir lisan secara terus menerus akan mempengaruhi seluruh organ tubuh, hingga pada akhirnya menjalar ke dimensi hati dan sekujur tubuh.
Analoginya, tidakkah kata-kata buruk yang keluar dari lisan seseorang seperti mengumpat, gosip dan lainnya juga berakibat pada keras dan lalainya hati? Maka sama halnya dengan mulut yang senantiasa dzikir/ tilawah akan membawa daya positif berupa ketaatan serta cahaya yang menyinari dinding hati. Hati yang lalai, namun lisan terus bergerak dalam dzikir.
2. Dzikir qalbu
Tergugahnya hati itu sebab kandungan makna yang terucap dalam dzikir lisan serta perenungan dan perasaan yang tidak melayang-layang saat berdzikir. Kondisi ini ialah fase awal bagi kesiapan hati untuk hadir di haribaan-Nya dan sebagai langkah awal menjauhi kesibukan yang merintangi. Ikhtiar ini penting dijalankan agar nantinya ketika sedang beraktifitaspun kita bisa berdzikir di dalam hati. Entah saat berkendara, bekerja, mengobrol di kafe dan lain sebagainya.
Hadirnya hati dalam dzikir yaitu perasaan orang yang berdzikir ditarik oleh kekuatan cinta, takut dan ta’zim kpada Dzat yang disebutnya. Mungkin dalam hati bergumam, “Dzikir dengan hati dan pikiran sadar mah gampang, yang sulit itu untuk bisa hadir di haribaan-Nya!.” Maka terapi yang bisa dilakukan adalah terus menerus dalam kesadaran berdzikir, maka lambat laun akan membantu untuk bisa hadir di hadirat-Nya.
3. Berdzikir dengan hadir di haribaan-Nya
Senantiasa ingat Allah dan Allah. Jika fase ini dapat dilakukan dengan istiqamah sampai menjadi bagian dari rutinitasnya, maka selain Allah adalah sirna dan yang kekal hanya Allah semata, yaitu dzikir yang membuat lupa dari lingkungan yang mengitarinya.
Baca Juga: Cinta Sejati Itu Karena Allah
4. Berdzikir dalam keadaan fana’ dari makhluk
Ketika sudah di fase ini, maka setiap interaksi yang terlintas dalam hati selalu mengarah pada Allah. Orientasi pikiran dan hati yang selalu menuju dan berakhir pada Allah yang Maha Esa. Tak ada sekejappun terlintas dalam hati dan pikiran hal-hal dunia atau makhluk kendati hamba itu masih hidup di dunia.