PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PADA PERAWATAN SISTEM REM SEPEDA MOTOR DALAM MENINGKATKAN MINAT BELAJAR DAN KEPERCAYAAN DIRI PESERTA DIDIK KELAS XI TSM 1 SMK MA’ARIF NU 02 ROWOSARI TAHUN PELAJARAN 2022/2023
Oleh: Sri Indarwati, S.T.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Keberhasilan suatu kegiatan belajar
mengajar sangat berkaitan dengan pola dan strategi pendidikan yang diterapkan
oleh guru dalam mengorganisasikan dan mengelola kelas. Oleh karena itu wawasan, pengetahuan serta
keterampilan mengajar seorang guru harus terus ditingkatkan. Pada kenyataannya
pembelajaran yang berlangsung masih berpusat pada guru dan berorientasi pada
materi dan disajikan tanpa konteks. Materi pembelajaran yang ada seolah-olah
berdiri sendiri dan tidak berhubungan dengan konteks dalam kehidupan
sehari-hari pada peserta didik.
Dengan demikian, materi pelajaran bukan
menjadi wahana untuk pencapaian kompetensi, akan tetapi lebih sebagai sesuatu yang harus dihafal dan diingat
sebanyak mungkin.
Hal tersebut menjadikan kegiatan belajar
mengajar tidak menarik bagi peserta didik dan ilmu yang dipelajari tidak mampu
diterapkan dalam memecahkan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari.
Meningkatkan mutu pendidikan menjadi
tanggung jawab semua pihak yang terlibat dalam pendidikan terutama bagi guru mata pelajaran. Guru dalam setiap
pembelajaran selalu menggunakan strategi, pendekatan, dan metode pembelajaran
yang dapat memudahkan peserta didik memahami materi yang diajarkannya, namun masih
sering terdengar keluhan dari para guru di lapangan tentang materi pelajaran
yang susah dipahami dan keluhan kekurangan waktu untuk mengajarkan semua.
Pembelajaran materi Perawatan Sistem Rem Sepeda Motor pada mata pelajaran Perawatan Sasis Sepeda Motor ini terdiri atas 2 bagian, yaitu Perawatan Rem Hidrolik dan Perawatan Rem
Mekanik pada sepeda motor. Peserta didik diharapkan mampu menjelaskan prinsip
kerja maupun fungsi dari masing-masing komponen rem sepeda motor sebelum
melakukan perawatan pada rem sepeda motor.
Sehingga dibutuhkan suatu metode pembelajaran
yang dapat membuat peserta didik merasa tidak cepat bosan dan membuat siswa aktif dalam mengikuti
pelajaran. Tetapi pada kenyataannya masih banyak siswa yang belum dapat
menguasai materi dalam pembelajaran ini.
Selain itu, masalah yang berhubungan dengan
motivasi dalam pembelajaran sering luput dari perhatian kita. Motivasi hanya muncul sebagai kendala
dalam pembelajaran. Mungkin juga kita tidak memahami bagaimana cara membangkitkannya sehingga kita kurang memberikan perhatian secara
khusus dalam pembelajaran. Sistem pendidikan
juga tidak mengajarkan bagaimana cara berpikir. Sistem pendidikan lebih menitik
beratkan pada penyampaian informasi daripada pengembangan kemampuan berpikir.
Padahal informasi belum menjadi pengetahuan sampai pikiran manusia
menganalisanya, menerapkannya, mensintesisnya, mengevaluasinya dan
mengintegrasikannya ke dalam kehidupan sehingga informasi dapat digunakan untuk
tujuan produktif, yaitu membuat keputusan dan memecahkan masalah.
Dalam kondisi ini, guru diharapkan dapat
mengelola kelas dengan baik supaya pembelajaran dapat berlangsung. Bukan hanya
dapat melaksanakan pembelajaran secara konvensional. Oleh karena itu, guru
harus mampu menerapkan model–model pembelajaran yang inovatif agar peserta
didik termotivasi secara optimal. Hal ini juga harus ditunjang dengan
penggunaan media pembelajaran yang menarik, menyenangkan, inovatif serta berbasis
TIK agar hasil belajar peserta didik dapat meningkat karena peserta didik
merasa senang dalam kegiatan belajar mengajar.
Berdasarkan pengamatan dan hasil diskusi
dengan para guru di SMK Ma’arif NU 02 Rowosari, selama ini guru belum menerapkan pembelajaran yang inovatif dalam pembelajaran ini.
Metode ceramah masih digunakan sangat dominan dalam
menyampaikan bahan pelajaran, guru belum
menerapkan model-model pembelajaran yang sesuai. Pada kenyataannya banyak model
pembelajaran dalam pengajaran perawatan sistem rem sepeda motor yang dapat diterapkan oleh guru dalam rangka pembentukan kepribadian
bangsa. Salah satu model pembelajaran yang bisa diterapkan dalam perawatan rem sepeda motor
adalah model Pembelajaran Problem Based Learning. Media pembelajaran yang digunakan juga masih
konvensional sehingga peserta didik menjadi tidak tertarik untuk belajar. Guru belum
memotivasi peserta didik dengan optimal.
Hal tersebut menyebabkan minat belajar dan kepercayaan
diri peserta didik rendah, peserta didik tidak bersemangat
dalam pembelajaran. Sehingga pemahaman terhadap materi yang diajarkan tidak mampu terserap oleh peserta didik dengan baik.
Berdasarkan hasil tugas harian dan ulangan harian juga menunjukkan hasil yang
kurang memuaskan. Karena hasilnya masih ada peserta
didik kelas XI TSM 1 yang mendapat nilai di bawah KKTP. Dalam menjawab soal uraian,
kemampuan peserta didik juga masih terbatas.
Berdasarkan uraian di atas, perlu adanya
penerapan sebuah model pembelajaran yang inovatif, menarik, membuat hasil
belajar peserta didik meningkat. Salah satunya adalah dengan menerapkan model
pembelajaran Problem Based Learning.
Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) merupakan inovasi dalam pembelajaran karena dalam Problem
Based Learning kemampuan berpikir peserta didik betul-betul
dioptimalisasikan melalui proses kerja kelompok atau tim yang sistematis,
sehingga peserta didik dapat memberdayakan, mengasah, menguji, dan
mengembangkan kemampuan berpikirnya secara berkesinambungan.
Hal ini
yang melatarbelakangi guru untuk melakukan Penelitian Tindakan Kelas dengan
judul: PENERAPAN
MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING
(PBL) PADA PERAWATAN SISTEM REM SEPEDA MOTOR DALAM MENINGKATKAN MINAT
BELAJAR DAN KEPERCAYAAN DIRI PESERTA DIDIK KELAS XI TSM 1 SMK MA’ARIF NU 02
ROWOSARI TAHUN PELAJARAN 2022/2023.
B.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas,
didapat identifikasi masalah sebagai berikut:
Pembelajaran masih
berpusat pada guru, sehingga
guru lebih dominan dalam proses
pembelajaran.
1.
Metode ceramah
masih sangat dominan
dalam menyampaikan proses pembelajaran, guru belum menerapakan model-model
pembelajaran yang sesuai.
2.
Kurangnya media belajar yang inovatif dan menarik untuk menunjang proses
pembelajaran materi Perawatan Rem Sepeda Motor
3.
Hasil belajar peserta didik SMK Ma’arif
NU 02 Rowosari yang rendah dalam pelajaran Perawatan Sistem Rem Sepeda Motor karena masih ada peserta didik yang mendapat
nilai di bawah KKTP.
4.
Minat Belajar dan juga kepercayaan diri peserta didik masih rendah,
saat mengikuti pembelajaran.
Dari identifikasi masalah di atas,
Penelitian ini berfokus pada peningkatan Minat belajar dan kepercayaan diri peserta didik dengan menerapkan model pembelajaran Problem
Based Learning pada peserta didik kelas XI TSM 1 SMK Ma’arif NU 02 Rowosari tahun pelajaran 2022/2023. Karena hasil tugas
harian dan ulangan harian Perawatan
Sistem Rem Sepeda Motor yang menunjukkan hasil yang kurang
memuaskan. Karena hasilnya masih ada peserta didik kelas XI TSM 1 yang mendapat nilai di bawah KKTP.
C.
Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam Penelitian ini adalah :
1.
Bagaimana
penerapan model pembelajaran Problem
Based Learning (PBL) pada Perawatan Sistem Rem Sepeda Motor dalam meningkatkan minat
belajar dan kepercayaan diri peserta didik kelas XI TSM 1 SMK Ma’arif NU 02 Rowosari Tahun Pelajaran 2022/2023?
2.
Seberapa
tinggi model pembelajaran Problem Based
Learning (PBL) dapat menumbuhkan minat belajar peserta didik kelas XI TSM 1 SMK Ma’arif NU 02 Rowosari Tahun Pelajaran 2022/2023?
3.
Apakah
penerapan model pembelajaran Problem
Based Learning (PBL) pada Perawatan Sistem Rem
Sepeda Motor dalam meningkatkan kepercayaan diri peserta
didik kelas XI TSM 1 SMK Ma’arif NU 02 Rowosari semester Gasal tahun pelajaran
2022/2023?
D.
Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.
Tujuan Penelitian
a.
Mendeskripsikan
bagaimana penerapan model pembelajaran Problem
Based Learning (PBL) pada Perawatan Sistem Rem
Sepeda Motor dalam meningkatkan minat belajar dan kepercayaan diri peserta didik kelas XI TSM
1 SMK
Ma’arif NU 02 Rowosari Tahun Pelajaran
2022/2023.
b.
Meningkatkan minat belajar peserta
didik kelas XI TSM 1 SMK Ma’arif NU 02 Rowosari Semester Gasal Tahun 2022/2023
melalui penerapan model pembelajaran Problem
Based
Learning.
c.
Meningkatkan kepercayaan diri peserta didik pada Perawatan Sistem Rem Sepeda Motor kelas XI TSM 1 SMK Ma’arif NU 02 Rowosari semester Gasal Tahun Pelajaran 2022/2023 melalui penerapan model pembelajaran Problem Based Learning.
2.
Manfaat Penelitian
a.
Manfaat Teoritis
Secara teoritis, hasil penelitian ini
dapat dijadikan sebagai bahan studi perbandingan bagi peneliti lain yang
berkaitan dengan masalah meningkatkan minat belajar dan kepercayaan diri peserta didik melalui
model pembelajaran Problem Based
Learning.
b.
Manfaat Praktis
1)
Bagi Siswa
Melalui penerapan model pembelajaran Problem Based Learning dapat meningkatkan gairah peserta
didik dalam belajar serta lebih mudah mengikuti pelajaran perawatan sistem rem sepeda motor sehingga minat belajar dan
kepercayaan diri peserta didik meningkat.
2)
Bagi Guru
Guru dapat memperbaiki pelaksanaan
kegiatan belajar mengajar untuk meningkatkan kualitas pembelajarannya. Sebagai
upaya meningkatkan profesionalitas
guru, dengan melaksanakan penelitian tindakan kelas sehingga akan mengetahui
kelemahan dan kekurangan dalam pembelajaran materi perawatan rem sepeda motor.
Serta sebagai sarana untuk meningkatkan kreativitas dalam penggunaan model pembelajaran selama
proses pembelajaran.
3)
Bagi Sekolah
Sebagai
sarana untuk meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah yang dapat meningkatkan minat belajar dan kepercayaan diri peserta didik pada materi perawatan sistem rem sepeda
motor kelas XI TSM
1 SMK Ma’arif NU 02 Rowosari.
BAB II
LANDASAN TEORI
A.
Kajian Pustaka
1.
Penelitian Tindakan Kelas
a.
Pengertian Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian tindakan merupakan
penelitian yang menggunakan refleksi diri sebagai metode utama, dilakukan oleh orang yang terlibat di dalamnya, serta bertujuan
untuk melakukan perbaikan dalam berbagai aspek. Tidak
berbeda dengan pengertian tersebut, Mills (2000) mendefinisikan penelitian
tindakan sebagai “systematic Inquiry”
yang dilakukan oleh guru, kepala sekolah, konselor sekolah untuk mengumpulkan
informasi tentang berbagai praktik yang dilakukannya. Informasi yang diperoleh
ini digunakan untuk meningkatkan persepsi serta mengembangkan “reflevctive practice” yang berdampak
positif dalam berbagai praktik persekolahan,
termasuk memperbaiki hasil belajar peserta didik.
Dari uraian di atas, pengertian Penelitian Tindakan Kelas adalah
penelitian yang dilakukan oleh guru
di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk
memperbaiki kinerjanya sebagai guru,
sehingga hasil belajar peserta didik menjadi meningkat.
b.
Karakteristik Penelitian
Tindakan Kelas
Berdasarkan pengertian di atas, karakteristik Penelitian Tindakan Kelas yang membedakan dengan jenis penelitian lain adalah:
1)
Masalah dalam
Penelitian Tindakan Kelas yang dipicu oleh munculnya kesadaran pada diri guru
bahwa praktik yang dilakukannya selama ini di
kelas mempunyai masalah yang
perlu diselesaikan. Karena guru merasa ada yang perlu diperbaiki dalam kegiatan
belajar mengajar yang dilakukannya selama ini, dan perbaikan tersebut timbul
dari dalam diri guru sendiri bukan dari orang lain.
2)
Self–reflective–inquiry, atau
penelitian melalui refleksi diri, merupakan ciri dari Penelitian Tindakan Kelas
yang paling mendasar. Berbeda dengan penelitian biasa yang hanya mengumpulkan
data dari lapangan atau objek atau temapat lain sebagai responden, maka
Penelitian Tindakan Kelas mempersyaratkan guru mengumpulkan data dari pratiknya
sendiri melalui refleksi. Ini artinya guru mencoba mengingat kembali apa yang
telah dilaksanakan di dalam kelas, apa dampak tindakan
tersebut bagi peserta didik, dan kemudian yang paling penting guru
mencoba memikirkan mengapa dampaknya seperti itu.
3)
Penelitian
Tindakan Kelas dilaksanakan di dalam kelas, sehingga fokus dari penelitian ini
adalah kegaiatan pembelajaran berupa perilaku guru dan peserta didik dalam melakukan interaksi.
4)
Penelitian
Tindakan Kelas bertujuan untuk
memperbaiki pembelajaran. Perbaikan
ini dilakukan secara bertahap dan terus–menerus, selama kegiatan penelitian dilakukan. Oleh karena itu di dalam
Penelitian Tindakan Kelas dikenal dengan adanya siklus pelaksanaan berupa pola:
perencanaan-pelaksanaaan-observasi-refleksi-revisi (perencanaan ulang). Ini
tentu berbeda dengan penelitian biasa, yang biasanya tidak disertai dengan perlakuan yang berupa siklus.
Ciri ini merupakan ciri khusus dari penelitian tindakan, yaitu adanya tindakan
yang berulang–ulang sampai di dapat hasil
yang baik.
c.
Langkah – langkah Penelitian
Tindakan Kelas
Menurut Kemmis Mc Tagart
(Arikunto:2014:16), Penelitian Tindakan Kelas terdapat 4 langkah utama dalam
pelaksanaan PTK yaitu: 1) perencanaan (plan),
2) tindakan (act), 3) pengamatan
(observe), 4) refleksi (reflect).
Tahap perencanaan adalah kegiatan
merencanakan tindakan yang akan dilakukan untuk setiap siklus sebelum
melaksanakan tindakan di kelas. Tahap perencanaan berisi rencana tindakan yang
akan dilakukan oleh peneliti untuk memperbaiki
kualitas pembelajaran dengan menyiapkan materi yang akan diajarkan dan
media yang digunakan.
Tahap
kedua adalah tindakan
yang dilakukan peneliti
sesuai dengan apa yang sudah direncanakan pada tahap perencanaan sebagai upaya perbaikan yang diinginkan.
Tahap pengamatan merupakan kegiatan mengamati
proses pembelajaran untuk
mengetahui hasil dari tindakan yang telah dilakukan selama pembelajaran. Peneliti dapat berkolaborasi dengan guru dan teman sejawat untuk
mengamati setiap tingkah laku
peserta didik yang sesuai dengan
indikator yang akan diukur yaitu minat belajar dan kepercayaan diri pada
peserta didik.
Tahap refleksi bertujuan untuk
merenungkan kembali tindakan yang telah dilakukan pada proses pembelajaran
secara menyeluruh berdasarkan data yang terkumpul.
Hasil refleksi kemudian dianalisis dan ditarik kesimpulan sehingga peneliti
dapat mengetahui peningkatan motivasi/minat dan sebagai tolak ukur
apakah siklus dihentikan atau dilanjutkan dengan perbaikan dan perubahan.
2.
Model Pembelajaran Problem Based Learning
a.
Pengertian Problem Based Learning
Perubahan cara pandang terhadap siswa
sebagai objek menjadi subjek dalam proses pembelajaran menjadi titik tolak yang
banyak ditemukannya berbagai
pendekatan pembelajaran yang inovatif. Ivor K. Davis (2000) mengemukakan bahwa
“salah satu kecenderungan
yang sering dilupakan adalah melupakan bahwa
hakikat pembelajaran
adalah belajarnya siswa dan bukan mengajarnya guru”. Guru dituntut dapat memilih model pembelajaran yang dapat menumbuhkan semangat setiap siswa untuk secara aktif ikut terlibatdalam pengalaman belajarnya. Salah satu
alternatif model pembelajaran yang memungkinkan dikembangkan keterampilan
berpikir siswa (penalaran, komunikasi, dan koneksi) dalam memecahkan masalah
adalah pembelajaran berbasis masalah (disingkat PBM) atau Problem Based Learning.
Pembelajaran berbasis masalah telah
dikenal sejak zaman John Dewey, yang sekarang ini mulai diangkat sebab ditinjau secara umum pembelajaran berbasis
masalah terdiri dari memberikan kepada siswa situasi masalah
yang nyata dan bermakna yang dapat memberikan kemudahan kepada siswa untuk melakukan penyelidikan dan inkuiri
(Trianto, 2007).
Menurut John Dewey belajar berbasis
masalah adalah interaksi antara stimulus dengan respon, merupakan hubungan
antara dua arah belajar dan lingkungan. Pengalaman
siswa yang diperoleh dari lingkungan akan dijadikan bahan dan materi guna
memperoleh pengertian serta bisa dijadikan pedoman dan tujuan belajarnya. Pembelajaran berbasis masalah adalah suatu kegiatan
pembelajaran yang berpusat pada masalah. Istilah berpusat
berarti menjadi tema, unit, atau isi sebagai fokus utama belajar (Mustaji,
2005).
Pembelajaran Berbasis Masalah merupakan
inovasi dalam pembelajaran karena dalam PBM kemampuan berpikir siswa betul– betul
dioptimalisasikan melalui proses kerja kelompok atau tim yang sistematis,
sehingga siswa dapat memberdayakan,
mengasah, menguji, dan mengembangkan kemampuan berpikirnya secara berkesinambungan.
b.
Karakteristik
Model Pembelajaran Problem Based Learning
(Pembelajaran Berbasis masalah)
Pembelajaran berbasis masalah merupakan
pendekatan yang efektif untuk pembelajaran proses berpikir tingkat tinggi. Pembelajaran ini membantu siswa
untuk memproses informasi yang sudah jadi dalam benaknya dan menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia
sosial dan sekitarnya. Pembelajaran ini untuk mengembangkan pengetahuan dasar
maupun kompleks.
Pembelajaran berbasis
masalah memiliki ciri khusus
sebagai berikut.
1)
Pengajuan pertanyaan atau masalah
Artinya, pembelajaran berdasarkan masalah mengorganisasikanpengajaran disekitar pertanyaan dan masalah
yang kedua- duanya secara
sosial penting dan secara pribadi bermakna untuk peserta didik. Pertanyaan dan
masalah yang diajukan haruslah memenuhi kriteria sebagai
berikut.
a)
Autentik, artinya
masalah harus berdasarkan pada kehidupan dunia nyata peserta
didik dari pada prinsip-prinsipdisiplin ilmu
tertentu.
b)
Jelas,
artinya masalah yang dirumuskan harus jelas dan tidak menimbulkan masalah baru.
c)
Mudah
dipahami, artinya masalah yang diberikan
hendaknya mudah dipahami dan dibuat sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik.
d)
Luas dan
sesuai dengan tujuan pembelajaran, artinya masalah tersebut mencakup seluruh materi pelajaran yang akan diajarkan sesuai dengan waktu, ruang dan sumber yang tersedia dan didasarkan pada tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
e)
Bermanfaat,
artinya masalah yang telah disusun dan dirumuskan haruslah bermanfaat, yaitu
dapat meningkatkan kemampuan berpikir memecahkan masalah, serta membangkitkan
motivasi belajar peserta didik.
2)
Berfokus pada keterkaitan antar disiplin.
Artinya, meskipun pengajaran berbasis masalah mungkin
berpusat pada mata pelajaran tertentu, masalah yang akan diselidiki dipilih
sesuai kenyataan agar dalam
pemecahannya siswa meninjau
masalah itu dari banyak mata pelajaran.
3)
Penyelidikan autentik
Artinya, pengajaran berbasis masalah mengharuskan siswa
melakukan penyelidikan yang nyata untuk mencari penyelesaian nyata terhadap
masalah nyata. Mereka menganalisis dan mendefinisikan masalah, mengembangkan hipotesis
danmembuat ramalan, mengumpulkan dan menganalisis informasi, melakukan
eksperimen (jika diperlukan), membuat inferensi dan merumuskan kesimpulan.
4)
Menghasilkan produk/karya dan memamerkannya.
Pengajaran berbasis masalah menuntut peserta didik
menghasilkan produk tertentu dalam bentuk karya nyata atau artefak dan peragaan
yang menjelaskan atau mewakili bentuk
penyelesaian masalah yang mereka temukan.
5)
Kolaborasi.
Pembelajaran berbasis masalah dicirikan oleh peserta didik
yang bekerja satu sama dengan yang lainnya, paling sering secara berpasangan atau dalam kelompok
kecil.
c.
Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran
Problem Based Learning (PBL) Kelebihan model Problem Based Learning (PBL) antara lain:
1)
Pembelajaran berpusat pada peserta didik;
2)
Mengembangkan pengendalian diri peserta didik;
3)
Memungkinkan
peserta didik mempelajari peristiwa secara multidimensi dan mendalam;
4)
Mengembangkan keterampilan pemecahan masalah;
5)
Mendorong peserta didik mempelajari materi dan konsep
baru ketika memecahkan
masalah;
6)
Mengembangkan kemampuan sosial dan keterampilan berkomunikasi yang memungkinkan
mereka belajar dan bekerja dalam tim;
7)
Mengembangkan keterampilan berpikir ilmiah tingkat tinggi/kritis;
8)
Mengintegrasikan teori dan praktik yang memungkinkan peserta didik menggabungkan
pengetahuan lama dengan pengetahuan baru;
9)
Memotivasi pembelajaran;
10) Peserta didik memperoleh keterampilan mengelola waktu;
dan
11)
Pembelajaran
membantu cara peserta didik untuk belajar sepanjang hayat. Kelemahan Problem Based Learning haruslah mengangkat isu-isu yang tidak asing
bagi peserta didik sehingga peserta didik merasa perlu untuk mempelajarinya. Tanpa
adanya pemahaman yang baik model pembelajaran ini tidak akan berjalan dengan lancar di dalam kelas pembelajaran. Di samping keunggulan problem based learning,
Wina Sanjaya (2008) merumuskan kelemahan diantaranya:
1)
Manakala
peserta didik tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa
masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan,
maka mereka akan merasa malas untuk mencoba.
2)
Keberhasilan
strategi pembelajaran melalui problem solving membutuhkan cukup waktu untuk
persiapan.
3)
Tanpa
pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan
belajar apa yang mereka ingin pelajari.
d.
Langkah – langkah Model Pembelajaran Problem Based
Learning
Problem
Based Learning digunakan tergantung dari tujuan yang
ingin dicapai apakah berkaitan dengan:
(1) penguasaan isi pengetahuan yang bersifat multi disipliner;
(2) penguasan
keterampilan proses dan disiplin heuristic; (3) belajar keterampilan pemecahan
masalah; (4) belajar keterampilan kolaboratif; dan (5) belajar keterampilan
kehidupan yang lebih luas. Ketika tujuan PBM lebih luas, maka permasalahan pun
menjadi lebih kompleks dan proses Problem Based Learning membutuhkan siklus yang lebih panjang. Jenis
Problem Based Learning yang
akan dimasukkan dalam
kurikulum tergantung pada profil dan kematangan peserta didik, pengalaman masa lalu
peserta didik, fleksibelitas kurikulum yang ada, tuntutan evaluasi, waktu, dan
sumber yang ada.
Adapun
sintaks atau langkah–langkah Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning), yaitu :
1)
Tahap 1: Orientasi peserta didik pada masalah
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran secara jelas,
memotivasi terhadap pelajaran, dan menjelaskan apa yang diharapkan untuk
dilakukan peserta didik. Guru memberikan penjelasan kepada mereka tentang proses dan prosedur
pembelajaran ini secara terperinci.
2)
Tahap 2: Mengorganisasikan peserta didik untuk belajar
Pembelajaran ini membutuhkan pengembangan keterampilan peserta didik. Oleh sebab itu, peserta
didik juga membutuhkan bantuan untuk merencanakan penyelidikan mereka dan
tugas-tugas pelaporan.
3)
Tahap3:
Membimbing penyelidikan individual/kelompok
Membimbing proses
penyelidikan dapat dilakukan
secara mandiri maupun kelompok.
4)
Tahap 4: Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Guru meminta beberapa kelompok untuk
membacakan hasil pemecahan
masalah dan membantu peserta
didik yang mengalami kesulitan. Kegiatan ini berguna untuk mengetahui hasil
pemahaman dan penguasaan peserta didik terhadap masalah yang berkaitan dengan
materi yang dipelajari.
5)
Tahap 5: Menganalisis dan mengevaluasi proses
pemecahan masalah
Guru membantu peserta didik menganalisis dan mengevaluasi
proses berpikir mereka, di samping keterampilan penyelidikan dan keterampilan
intelektual yang mereka gunakan. Selama tahap ini, guru meminta peserta didik
untuk melakukan membangun kembali pemikiran dan aktifitas mereka selama tahap-tahap
pembelajaran yang telah dilewatinya
e.
Penerapan Model Pembelajaran Problem Based
Learning
Berdasarkan sintak tersebut,
langkah-langkah pembelajaran Problem Based Learning yang bisa dirancang oleh guru adalah
sebagai berikut dapat dilihat pada tabel 2.2.
Tabel 2.1. Rancangan Kegiatan Problem Based Learning
LANGKAH KERJA |
AKTIVITAS GURU |
AKTIVITAS PESERTA DIDIK |
Tahap 1 Orientasi peserta
didik pada masalah |
Guru Menyampaikan masalah yang akan dibahas secara
kelompok. Masalah yang diangkat hendaknya kontekstual atau ditemukan
sendiri oleh peserta didik melalui bahan bacaan atau lembar kegiatan. |
Kelompok mengamati dan memahami
masalah yang disampaikan guru atau diperoleh
dari bacaan yang disarankan. |
Tahap 2 Mengorganisasikan peserta didik untuk belajar. |
Guru memastikan setiap anggota memahami tugas masing-masing. |
Peserta didik berdiskusi dan membagi tugas untuk mencari
data/bahan- bahan/alat yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah. |
Tahap 3 Membimbing menyelidikan individu maupun kelompok. |
Guru memantau
keterlibatan peserta didik
dalam pengumpulan data/
bahan selama proses penyelidikan. |
Peserta didik melakukan penyelidikan (mencari data/referensi/sumber) untuk bahan diskusi kelompok. |
Tahap 4 Mengembangkan dan
menyajikan hasil karya. |
Guru memantau diskusi
dan membimbing pembuatan laporan sehingga karya setiap kelompok siap
untuk dipresentasikan. |
Kelompok melakukan diskusi untuk menghasil- kan solusi pemecahan
masalah dan hasilnya dipresentasikan/disajik an dalam
bentuk karya. |
Tahap 5 Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. |
Guru membimbing presentasi dan mendorong kelompok memberikan penghargaan serta masukan kepada kelompok lain. Guru bersama peserta didik menyimpulkan materi. |
Setiap kelompok melakukan presentasi, kelompok yang lain memberikan apresiasi. Kegiatan dilanjutkan dengan merangkum/membuat kesimpulan sesuai dengan masukan yang diperoleh dari kelompok lain. |
3.
Minat Belajar
a.
Pengertian minat belajar
Minat belajar adalah perasaan ingin
tahu, mempelajari , mengagumi atau memiliki sesuatu.
Minat belajar siswa adalah
suatu keinginan atau kemauan siswa
yang disertai perhatian dan
keaktifan yang disengaja yang akhirnya
melahirkan rasa senang dalam perubahan
tingkah laku, baik berupa
pengetahuan, sikap dan
keterampilan.
Seorang siswa merasa tertarik
atau berminat dalam
melakukan aktivitas belajar
seperti tekun dan ulet, dalam melakukan
aktivitas belajar sekalipun
dalam waktu yang lama, aktif dan kreatif
dalam melaksanakan akrivitas
belajar dan menyelesaikan tugas-tugas
belajar, tidak mengenal lelah
apalagi bosan dalam belajar, senang dan
asyik dalam belajar, aktivitas
belajar dapat dianggap sebagai suatu
hobi dan bagian dari hidup.
Berdasarkan uraian di atas,
maka dapat disimpulkan bahwa
Minat belajar siswa timbul
tidak secara tiba-tiba atau spontan,
melainkan timbul akibat dari
kebiasaan pada waktu belajar, minat
belajar siswa merupakan faktor
yang sangat penting dalam menunjang
tercapainya efektivitas proses
pembelajaran, yang mana pada akhirnya
akan berpengaruh terhadap
hasil belajar siswa yang bersangkutan
Indikator minat belajar peserta didik
menurut peneliti apabila memiliki kemampuan antara lain: (1) Adanya rasa senang. (2)
Adanya pernyataan lebih
menyukai. (3) Adanya
rasa ketertarikan. (4) Adanya kesadaran
untuk belajar tanpa disuruh. (5) Berpartisipasi dalam aktivitas belajar dan
memberikan perhatian.
Tujuan minat belajar yaitu meningkatkan konsentrasi atau perhatian,
mendatangkan kegembiraan atau perasaan senang, memperkuat kemampuan siswa dalam
mengingat, melahirkan sikap belajar yang positif dan kontruktif, dan
meminimalisir rasa bosan siswa terhadap pelajaran.
b.
Faktor – faktor yang mempengaruhi minat belajar
Menurut
Slameto yang dikutip oleh Euis Karwati dalam
bukunya Manajemen kelas menyatakan beberapa faktor yang
mempengaruhi minat belajar siswa yaitu:
1) Faktor Intern.
a. Faktor jasmaniah, seperti faktor kesehatan dan cacat tubuh.
b. Faktor psikologi, seperti intelegensi, perhatian, bakat,
kematangan dan kesiapan.
2) Faktor Ekstern.
a. Faktor keluarga, seperti cara orang tua mendidik, relasi antar
anggota keluarga,
suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua dan latar belakang kebudayaan.
b. Faktor sekolah, seperti metode/ media mengajar, kurikulum,
relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa,
disiplin
sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah,
standar penilaian diatas
ukuran, keadaan gedung, metode mengajar
dan tugas rumah.
4.
Kepercayaan Diri
Percaya diri adalah
kemampuan dalam menyakinkan diri pada kemampuan yang kita
miliki atau kemampuan untuk mengembangkan penilaian positif baik untuk
diri sendiri
ataupun lingkungan sekitar.
Kepercayaan diri merupakan
salah satu aspek kepribadian yang berfungsi
untuk mendorong siswa dalam meraih
kesuksesan yang terbentuk melalui proses belajar
siswa dalam interaksinya dengan
lingkungan (Andayani & Afiatin, 1996; Fitri, Zola, & Ifdil,
2018; Ifdil, Denich, & Ilyas, 2017)
Orang yang tidak percaya diri memiliki konsep diri
negatif, kurang percaya pada kemampuannya,
karena itu sering menutup diri. Agustiani
(2006: 138) menjelaskan bahwa konsep diri
merupakan gambaran yang dimiliki
seseorang mengenai dirinya yang dibentuk
melalui pengalaman-pengalaman yang dia peroleh
dari interaksi dengan lingkungan. Konsep diri
juga berarti kumpulan keyakinan dan persepsi
diri mengenai diri sendiri yang
terorganisasi. Konsep diri
merupakan pemahaman individu terhadap
diri sendiri meliputi diri fisik, diri pribadi, diri
keluarga, diri sosial, dan diri moral
etik, emosional aspiratif, dan prestasi yang mereka capai
Menurut Thursan Hakim (2005: 5)
ciri-ciri orang yang percaya diri antara lain:
1. Selalu
bersikap tenang di dallam mengerjakan segala sesuatu
2. Mempunyai
potensi dan kemampuan yang memadai.
3. Mampu
menetralisasi ketegangan yang muncul di dalam berbagai situasi.
4. Mampu
menyesuaikan diri dan berkomunikasi di berbagai situasi.
5. Memiliki
kondisi mental dan fisik yang cukupmenunjang penampilan
6. Memiliki
kecerdasan yang cukup
7. Memiliki
tingkat pendidikan formal yang cukup. Memiliki keahlian atau keterampilan lain
yang menunjang kehidupannya, mesalnya
keterampilan berbahasa asing.
8. Memiliki
kemampuan bersosialisasi.
9. Memiliki latar
belakang pendidikan yang baik.
10. Memiliki
pengalaman hidup yang menempa mentalnya menjadi kuat dan tahan didalam
menhadapi berbagai cobaan hidup.
11. Selalu
bereaksi positif di dalam menghadapi berbagai masalah, misalnya tetap tegar,
sabar,
dan tabah menghadapi persoalan hidup.
B.
Kerangka Berfikir
1.
Meningkatkan minat belajar dan kepercayaan diri peserta
diri pada materi perawatan sistem rem sepeda motor melalui model Problem Based Learning.
Minat belajar disebut juga dengan dorongan yang menggerakkan tindakan untuk melakukan
kegiatan belajar tanpa adanya paksaan atau dorongan yang timbul dari diri
peserta didik yang sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu kegiatan /aktifitas
belajar. Hal ini
merupakan hal yang dirasa penting terutama dalam proses pembelajaran.
Kepercayaan
diri merupakan segala tindakan dan keyakinan untuk mengekspresikan kemampuan yang ada
pada diri peserta didik yang dapat dicapai melalui proses pembelajaran.
Untuk meningkatkan minat belajar dan kepercayaan diri peserta
diri, diupayakan pembelajarannya harus menarik sehingga peserta didik bersemangat dalam
belajar. Hal ini diperlukan model pembelajaran yang interaktif dimana guru
memberikan peran kepada peserta didik sebagai subjek belajar, guru mengutamakan
proses daripada hasil. Guru merancang kegiatan belajar mengajar yang melibatkan
peserta didik secara integratif dan komprehensif pada aspek kognitif, afektif
dan psikomotorik sehingga tercapai tujuan pembelajaran.
Agar minat belajar dan kepercayaan diri peserta didik meningkat diperlukan kondisi,
cara dan strategi pembelajaran yang tepat untuk melibatkan peserta didik secara aktif baik pikiran,
pendengaran, penglihatan, dan psikomotor dalam kegiatan
belajar mengajar. Salah satu pembelajaran yang tepat untuk melibatkan peserta
didik secara totalitas adalah pembelajaran dengan Problem Based Learning. Pembelajaran dengan model Problem Based Learning merupakan suatu model pembelajaran dimana sebelum
proses belajar mengajar di dalam kelas dimulai, siswa terlebih dahulu diminta
mengobservasi suatu kejadian.
Kemudian peserta didik diminta
mencatat permasalahan yang muncul, serta mendiskusikan permasalahan dan mencari solusi pemecahan masalah dari permasalahan tersebut. Setelah
itu, tugas guru adalah memberikan stimulus untuk berpikir dan kreatif dalam
memecahkan masalah yang ada serta mengarahkan peserta didik
untuk bertanya, membuktikan asumsi, dan mendengarkan sudut pandang yang berbeda
diantara mereka.
Dari uraian diatas dapat diduga bahwa
pembelajaran dengan model Problem Based Learning dapat meningkatkan minat belajar dan kepercayaan diri peserta
didik pada materi perawatan rem sepeda motor kelas XI TSM 1 SMK Ma’arif NU
02 Rowosari Kendal dibandingkan dengan pendekatan tradisional (metode ceramah).
2.
Pendekatan
dan penerapan model Problem Based
Learning dalam materi perawatan
rem sepeda motor
Pembelajaran model Problem Based Learning berlangung secara alamiah melalui kegiatan
peserta didik, bekerja dan mengalami, menemukan dan mendiskusikan masalah serta mencari
pemecahan masalah, bukan transfer
pengetahuan dari guru ke peserta
didik. Peserta didik mengerti apa makna belajar, apa manfaatya, dalam status
apa mereka, dan bagaimana mencapainya. Mereka menyadari bahwa yang mereka pelajari
berguna bagi hidupnya nanti. Peserta didik terbiasa memecahkan masalah,
menemukan sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya.
Dalam pembelajaran model Problem Based Learning peran guru mengatur strategi belajar, membantu
menghubungkan pengetahuan lama dengan pengetahuan baru, dan memfasilitasi belajar. Anak harus tahu makna belajar dan menggunakan
pengetahuan dan keterampilan yang diperolehnya untuk memecahkan masalah dalam
kehidupan sehari-hari.
Dari pembahasan di atas dapat diduga
bahwa pembelajaran dengan model Problem
Based Learning dapat meningkatkan kemampuan peserta didik dalam belajar efektif
dan kreatif, dimana peserta didik dapat membangun sendiri pengetahuannya,
menemukan pengetahuan dan keterampilannya sendiri melalui proses bertanya,
berdiskusi, belajar dari model yang sebenarnya, dapat merefleksikan apa yang
diperolehnya antara harapan dengan kenyataan
sehingga peningkatan hasil belajar yang didapat bukan hanya sekedar hasil menghapal materi belaka, tetapi lebih pada
kegiatan yang nyata (pemecahan kasus-kasus) yang dikerjakan peserta didik pada saat melakukan proses pembelajaran (diskusi
kelompok dan diskusi kelas).
C.
Hipotesis Tindakan
1.
Peningkatan minat belajar dan kepercayaan diri peserta
didik pada materi
Perawatan rem sepeda motor melalui penerapan
model pembelajaran Problem Based Leraning
di
kelas XI
TSM 1 SMK
Ma’arif NU 02 Rowosari tahun pelajaran 2022/ 2023 dapat dilakukan dengan;
a)
menyampaikan tujuan
pembelajaran;
b)
menyampaikan kegiatan
pembelajaran,
c)
menganalisis dan memecahkan masalah,
d)
mengkomunikasikan hasil,
e)
Pemberian umpan balik.
2.
Penerapan
model pembelajaran Problem Based Learning
dapat meningkatkan minat
belajar pada peserta
didik kelas XI TSM 1 SMK Ma’arif NU 02
Rowosari Tahun Pelajaran 2022/2023.
3.
Penerapan
model pembelajaran Problem Based Learning
dapat meningkatkan kepercayaan
diri peserta didik pada materi perawatan rem sepeda motor kelas XI TSm 1 SMK Ma’arif NU 02
Rowosari Tahun Pelajaran 2022/2023.
BAB III
METODE PENELITIAN TINDAKAN
A.
Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK).
PTK adalah penelitian tindakan
(action research) yang dilaksanakan dengan tujuan memperbaiki mutu praktik
pembelajaran di kelas (Arikunto, 2014:2). Kemmis & Mc. Taggart (Arikunto,
2014:16) menyatakan bahwa terdapat 4 langkah utama dalam pelaksanaan PTK yaitu:
1) perencanaan (plan); 2) tindakan (act); 3) pengamatan (observe); 4)
refleksi (reflect) yang disajikan pada gambar
berikut:
Gambar 3.1. Model PTK (Kemmis
dan Mc.Taggart)
Tahap perencanaan adalah kegiatan
merencanakan tindakan yang akan dilaksanakan
untuk setiap siklus sebelum melaksanakan tindakan di kelas. Tahap
perencanaan berisi rencana tindakan yang akan dilaksanakan peneliti untuk memperbaiki
kualitas pembelajaran dengan menyiapkan materi
yang akan diajarkan dan media yang digunakan.
Tahap kedua merupakan tindakan yang
dilaksanakan peneliti sesuai yang sudah direncanakan pada tahap perencanaan
sebagai upaya perbaikanyang
diinginkan.
Tahap pengamatan merupakan kegiatan
mengamati proses pembelajaran guna mengetahui
hasil dari tindakan yang telah dilaksanakan selama pembelajaran. Peneliti dapat
bekerjasama dengan guru dan teman sejawat untuk mengamati setiap perilaku
peserta didik yang sesuai dengan indikator yang akan diukur yaitu motivasi dan
hasil belajar pada materi energi mekanik.
Tahap refleksi bertujuan untuk
merenungkan kembali tindakan yang telah dilaksanakan pada kegiatan pembelajaran secara menyeluruh
berdasarkan data yang terkumpul. Hasil refleksi ini kemudian dianalisis serta
ditarik kesimpulan sehingga peneliti dapat mengetahui peningkatan keaktifan dan minat belajar
sebagai tolak ukur apakah siklus dihentikan atau dilanjutkan
dengan perbaikan dan perubahan.
B.
Setting Penelitian
1.
Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMK
Ma’arif NU 02 Rowosari yang beralamat
di Jl. Taruna Desa Wonotenggang yang
berada di Kecamatan Rowosari Kabupaten Kendal
Provinsi Jawa Tengah.
2.
Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada
semester 1 tahun pelajaran 2022/2023. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan bulan Juli sampai dengan Agustus. Jadwal pelaksanaan penelitian
dapat dilihat dalam tabel 3.1. sebagai berikut.
Tabel 3.1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian
No. |
Kegiatan |
Tahun 2022 |
|||||||
Juli |
Agustus |
||||||||
I |
II |
III |
IV |
I |
II |
III |
IV |
||
1 |
Observasi dan pengumpulan data awal |
|
|
|
|
|
|
|
|
2 |
Penyusunan proposal dan Instrument |
|
|
|
|
|
|
|
|
3 |
Pelaksanaan siklus
1 dan 2 |
|
|
|
|
|
|
|
|
4 |
Analisis data |
|
|
|
|
|
|
|
|
5 |
Penyelesaian laporan
PTK |
|
|
|
|
|
|
|
|
6 |
Penyusunan dan penyerahan artikel
PTK |
|
|
|
|
|
|
|
|
7 |
Seminar PTK |
|
|
|
|
|
|
|
|
3.
Subjek Penelitian
Subjek penelitian merupakan subjek yang dituju untuk
diteliti oleh peneliti
(Arikunto,
2000: 119). Pada
penelitian ini subjek penelitian yaitu peserta didik kelas XI TSM 1 SMK Ma’arif NU 02 Rowosari tahun pelajaran
2022/2023 pada semester 1 (gasal)
dengan jumlah peserta didik 20 anak yang terdiri dari anak laki-laki.
4.
Objek Penelitian
Objek dalam penelitian ini yaitu minat belajar dan kepercayaan diri peserta didik kelas XI TSM 1 SMK Ma’arif NU 02 Rowosari tahun pelajaran
2022/2023 melalui penerapan model pembelajaran Problem Based Learning pada materi Perawatan rem sepeda motor.
C.
Persiapan
Persiapan yang dilakukan yaitu
koordinasi kepada Kepala Sekolah SMK Ma’arif NU 02 Rowosari, melakukan wawancara kepada guru terkait untuk mengetahui permasalahan
tentang minat belajar dan
kepercayaan peserta didik, melakukan observasi pada
peserta didik kelas XI TSM 1 untuk memperoleh data awal, gambaran
karakteristik siswa, mengidentifikasi masalah yang ada di kelas yaitu rendahnya
minat belajar dan kepercayaan
diri peserta didik, merumuskan masalah, merumuskan
hipotesis, menyusun rencana penelitian setiap siklus, mengkaji Capaian
Pembelajaran (CP), Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK), materi pokok,
menyusun Modul Ajar, Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD), media pembelajaran,
lembar kuesioner dan lembar observasi.
D.
Rencana Tiap Siklus
Setelah peneliti mendapatkan data
kondisi awal, maka penelitian dilakukan dalam dua siklus
dengan satu kali pertemuan di setiap
siklusnya. Adapun prosedur tindakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
a.
Tindakan siklus I
Siklus I dilakukan dengan 1 pertemuan
yaitu pertemuan 1 pada materi perawatan rem hidrolik sepeda motor melalui penerapan model Problem Based Learning. Desain dari rencana penelitian ini
sesuai dengan alur pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas yaitu
perencanaan,pelaksanaan, observasi, dan refleksi.
1)
Tahap Perencanaan
Adapun langkah yang dilakukan pada tahap
perencanaan adalah sebagai
berikut:
a)
Menentukan pokok bahasan.
b)
Menelaah materi perawatan rem hidrolik sepeda motor dan membuat
indikator pencapaian kompetensi.
c)
Membuat Modul Ajar perawatan rem hidrolik sepeda motor dengan model
pembelajaran Problem Based Learning.
d)
Menyiapkan Lembar
Kerja Peserta Didik
(LKPD).
e)
Menyiapkan media pembelajaran yang diperlukan.
f)
Menyiapkan lembar kuesioner dan observasi.
2)
Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan pada siklus I dilaksanakan 1 kali pertemuan. Adapun
langkah-langkah pada siklus I sebagai berikut:
Pertemuan Pendahuluan
(1) Peneliti dan peserta didik berdoa, saling memberi salam.
(2) Peneliti mengisi absensi
harian
(3) Peneliti melakukan motivasi.
(4) Melakukan apersepsi.
Inti
(1) Peserta didik memperhatikan tujuan pembelajaran
dan kegiatan yang akan dilakukan yang disampaikan oleh peneliti.
(2) Peserta didik mengamati tayangan media
pembelajaran tentang materi yang berkaitan dengan Perawatan rem hidrolik sepeda motor. (Orientasi Peserta Didik pada masalah)
(3) Peneliti meminta peserta didik untuk berdiskusi
bersama teman (Mengorganisasikan peserta didik untuk belajar)
(4) Peneliti memandu peserta
didik dalam mengerjakan LKPD (Membimbing individu atau kelompok).
(5)
Peserta didik mengerjakan LKPD (mengembangkan dan menyajikan hasil
karya).
(6) Peserta didik kemudian menyampaikan hasil diskusi kelompok (Jawaban dari LKPD) yang telah dilakukan dengan
dipandu oleh Peneliti (Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah)
(7) Peserta didik dengan bimbingan Peneliti
menyimpulkan materi. (Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah)
Kegiatan Akhir
(1) Peneliti melakukan tanya jawab tentangi
kesulitan yang dihadapi dalam memahami materi tersebut.
(2) Peserta didik dan peneliti melakukan refleksi secara bersama-
sama.
(3) Peserta didik mengerjakan soal evaluasi.
(4) Salam penutup dan berdoa.
3)
Observasi
Kegiatan observasi dilaksanakan pada
saat pembelajaran sedang berlangsung dengan menggunakan lembar observasi yang
dilakukan oleh observer (teman sejawat). Kegiatan observasi ini ditujukan
kepada peserta didik untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan yang telah
dilaksanakan misalnya mengenai perhatian, kerjasama, keberanian bertanya,
ketelitian dan berpendapat. Kekurangan yang ada di siklus I dapat diperbaiki pada
siklus II dan kelebihannya dapat dipertahankan atau dapat ditingkatkan lagi.
4)
Refleksi
Setelah melakukan pengamatan pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus I
peneliti melakukan refleksi. Refleksi yang dilakukan adalah
mengevaluasi kembali apa yang dilakukan dengan cara membandingkan kondisi awal
dengan kondisi akhir pada siklus I. Refleksi dilaksanakan melalui evaluasi tindakan
dan hasil dari perbaikan pembelajaran. Ada tiga kemungkinan, yaitu hasil
belajar peserta didik naik, tetap, atau turun. Bersama dengan supervisor,
peneliti berdiskusi untuk menemukan kekurangan dan kelemahan proses pelaksanaan
perbaikan pembelajaran pada siklus I. Hasil evaluasi tindakan digunakan untuk
menyusun tahapan siklus II.
b.
Tindakan siklus II
Pada rancangan siklus kedua ini
tindakan diambil dari hasil telah dicapai pada siklus pertama sebagai usaha perbaikan.
Adapun tahap-tahapannya adalah sebagai berikut:
1)
Tahap Perencanaan
Adapun langkah yang dilakukan pada tahap perencanaan adalah sebagai berikut:
a)
Menentukan pokok bahasan.
b)
Menelaah materi perawatan rem mekanik sepeda motor dan membuat indikator pencapaian kompetensi.
c)
Membuat Modul Ajar.
d)
Menyiapkan Lembar
Kerja Peserta Didik
(LKPD).
e)
Menyiapkan media pembelajaran yang diperlukan.
f)
Menyiapkan lembar
kuesioner dan observasi.
g)
Mendata peserta didik untuk mengetahui minat belajar dengan kriteria sangat
tinggi, tinggi, cukup, kurang, atau sangat kurang.
h)
Mendata peserta didik untuk mengetahui kepercayaan diri peserta didik dengan kriteria
sangat tinggi, tinggi, cukup,
kurang, atau sangat kurang.
i)
Data yang diperoleh dilakukan
identifikasi masalah sehingga
dapat menentukan tindakan selanjutnya.
2)
Tahap Pelaksanaan
Tahap
pelaksanaan pada siklus II dilaksanakan 1 kali pertemuan. Siklus II dilaksanakan dengan 1 pertemuan yaitu pertemuan 1 pada
pembelajaran 3.
Adapun langkah-langkah pada siklus II sebagai berikut:
Pertemuan Pendahuluan
a)
Peneliti dan peserta
didik berdoa, saling memberi salam.
b)
Peneliti mengisi absensi harian.
c)
Peneliti melakukan
motivasi.
d)
Melakukan apersepsi.
Inti
a)
Peserta didik memperhatikan tujuan pembelajaran dan kegiatan yang akan dilakukan
yang disampaikan oleh peneliti.
b)
Peserta didik mengamati tayangan
media pembelajaran tentang
perawatan rem mekanik
sepeda motor. (Orientasi Peserta Didik pada masalah)
c)
Peneliti
meminta peserta didik untuk berdiskusi bersama teman (Mengorganisasikan peserta
didik untuk belajar)
d)
Peneliti memandu
peserta didik dalam
mengerjakan LKPD (Membimbing individu atau kelompok).
e)
Peserta didik mengerjakan LKPD (mengembangkan dan menyajikan hasil
karya).
f)
Peserta didik
kemudian menyampaikan hasil diskusi kelompok (Jawaban dari LKPD) yang
telah dilakukan dengan dipandu oleh Peneliti (Menganalisis dan mengevaluasi
proses pemecahan masalah)
g)
Peserta didik
dengan bimbingan Peneliti menyimpulkan materi. (Menganalisis dan mengevaluasi
proses pemecahan masalah)
Kegiatan Akhir
a)
Peneliti
melakukan tanya jawab mengenai
kesulitan yang dihadapi dalam memahami
materi tersebut.
b)
Peserta didik dan Peneliti
melakukan refleksi bersama.
c)
Peserta didik mengerjakan soal evaluasi
d)
Salam penutup
dan berdoa.
3)
Tahap Observasi
Observasi dilakukan oleh observer pada kegiatan
pembelajaran menggunakan lembar observasi untuk mengamati keaktifan dan minat belajar peserta didik melalui
penerapan model inkuiri dari awal sampai akhir pembelajaran.
4)
Tahap Refleksi
Dalam tahap ini yang dilakukan peneliti yaitu melakukan
refleksi dan mengevaluasi tahap
observasi pada siklus II. Hal ini berguna untuk menganalisis minat belajar dan kepercayaan diri peserta didik sehingga peneliti dapat menarik kesimpulan mengenai
peningkatan keaktifan dan minat belajar pada siklus II.
E.
Teknik Pengumpulan Data
Sesuai dengan bentuk penelitian tindakan kelas dan juga jenis sumber data yang
dimanfaatkan, maka teknik pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara, kuesioner, dan dokumentasi.
Penjelasan mengenai teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dapat
dipaparkan sebagai berikut.
1.
Wawancara
Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar
informasi dan pendapat melalui
kegiatan tanya jawab, sehingga dapat dikontruksikan makna dalam suatu topik
tertentu. Penelitian ini menggunakan wawancara tidak terstruktur. Sugiyono (2010:140)
wawancara tidak terstruktur merupakan wawancara bebas tanpa
menggunakan pedoman secara sistematis
dan lengkap. Wawancara dilakukan oleh
peneliti terhadap guru dengan tujuan untuk menggali informasi untuk memperoleh
data yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran, minat belajar dan kepercayaan diri peserta didik
pada materi perawatan rem sepeda motor di kelas XI TSM 1 SMK Ma’arif NU 02 Rowosari. Pedoman wawancara disusun oleh peneliti
sebelum melakukan wawancara dengan guru kelas XI TSM 1 SMK Ma’arif NU 02
Rowosari. Pedoman wawancara ini dibuat untuk mempermudah peneliti dalam
melakukan wawancara. Sehingga data yang diperoleh sesuai dengan kebutuhan dan
tetap pada konteks informasi yang dicari. Pedoman wawancara yang dibuat oleh peneliti dapat dilihat pada
tabel 3.2.
Tabel 3.2. Pedoman Wawancara
Minat Belajar dan
kepercayaan diri
No. |
Indikator |
Garis Besar Pertanyaan |
1 |
Aktif dalam belajar |
Apakah peserta didik aktif dalam pembelajaran? |
Apakah peserta didik merasa bebas dan
berani dalam mengemukakan pendapat selama proses pembelajaran berlangsung? |
||
2 |
Tidak cepat
putus asa |
Apakah peserta didik tidak
mudah menyerah saat mengalami kesulitan dalam pembelajaran? |
Apakah peserta
didik mudah menyerah dan malas belajar ketika mendapat nilai yang jelek? |
||
3 |
Senang dalam belajar |
Bagaimana sikap peserta didik pada
saat belajar dalam kelompok? |
Dengan cara
apa peserta didik menyampaikan pendapatnya? |
||
Apakah terjadi
diskusi dalam kelompok? |
||
Apakah peserta didik senang
memberikan pendapat dalam
diskusi atau tanya
jawab? |
||
4 |
Adanya umpan balik |
Apakah peserta
didik tertarik dan merasa senang untuk menyelesaikan
soal-soal yang diberikan guru? |
Dengan cara bentuk seperti apa mereka menyelesaikan soal-soal yang diberikan guru? |
||
Apakah peserta didik terus berusaha untuk menemukan jawaban
benar dalam memecahkan masalah? |
||
Apakah peserta didik merasa keberatan apabila diberikan tugas di rumah? |
||
5 |
Rasa ingin tahu |
Bagaimana cara peserta didik mencari informasi yang
berhubungan dengan pembelajaran? |
Apakah peserta
didik senang meneliti kembali hasil pekerjaannya sebelum dikumpulkan? |
|
|
Bagaimana sikap peserta didik ketika mendapatkan sebuah jawaban? |
Apakah peserta
didik senang melakukan pembuktian atas jawaban terlebih dahulu? |
||
6 |
Suasana tempat belajar |
Dengan cara apa peserta didik
nyaman dalam pembelajaran? |
Apakah peserta didik
nyaman dalam ruang kelas pada saat pembelajaran? |
||
Dengan cara
apa peserta
didik fokus
saat pembelajaran berlangsung? |
||
Apakah peserta
didik bisa fokus dalam Ruang kelas? |
2. Kuesioner
Kuesioner dibuat dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai minat belajar dan kepercayaan diri peserta
didik pada pembelajaran materi perawatan rem sepeda motor di kelas XI T SMK Ma’arif NU 02
Rowosari. Kuesioner dibagi ke dalam 6 indikator. Setiap indikator memiliki dua jenis item
pernyataan yaitu favorable (positif) dan unfavorable
(negatif). Kuesioner diberikan kepada peserta didik sebelum melakukan
tindakan dan setelah selesai
dilakukan tindakan. Setiap
peserta didik harus mengisi lembar kuesioner yang berjumlah 20 item pernyataan.
Kuesioner yang sudah diisi oleh peserta didik dihitung dengan menggunakan Skala
Linkert, yaitu sejumlah pernyataan positif
dan negative mengenai suatu objek sikap (Kusumah, 2011:79).
Skala yang digunakan adalah rentang 1–4 dengan ketentuan bahwa pada pernyataan favorable apabila menyatakan Sangat
Setuju (SS) diberi skor 4, Setuju (S) diberi
skor 3, Tidak Setuju (TS) diberi skor 2, dan Sangat Tidak Setuju (STS) diberi skor 1. Sedangkan untuk pernyataan unfavorable apabila menyatakan Sangat
Setuju (SS) diberi skor 1, Setuju (S) diberi skor 2,
Tidak Setuju (TS) diberi skor 3, dan Sangat Tidak Setuju (STS) diberi skor 4.
Pernyataan Kuesioner berdasarkan indicator dapat dilihat pada tabel 3.3. Tabel
3.3. Kuesioner Minat belajar
dan kepercayaan diri
Indikator |
Pernyataan |
|
Favorable |
Unfavorable |
|
Aktif dalam
belajar |
1. Saya akan aktif bertanya pada saat pembelajaran
berlangsung . 2.
Saya suka
mengemukakan/ menanggapi pendapat selama proses pembelajaran berlangsung. |
1.
Saya malas
bertanya kepada guru pada
saat pembelajaran berlangsung. 2.
Saya malas
mengemukakan/ menanggapi pendapat selama proses pembelajaran berlangsung.. |
Tidak cepat
putus asa |
1. Saat guru bertanya, saya berusaha memikirkan jawaban yang
benar. |
1.
Saya asal –
asalan menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru. |
Senang dalam belajar |
1.
Saya suka mendiskusikan pendapat yang berbeda dari teman kelompok agar
mendapatkan jawaban yang tepat. 2. Saya merasa senang ketika pembelajaran berlangsung.. |
1.
Saya
langsung menerima pendapat dari teman tanpa diskusi. 2.
Saya
mengalami kesulitan ketika pembelajaran
berlangsung. |
Adanya umpan balik |
1.
Saya menyelesaikan permasalahan
soal materi rem sampai mendapatkan jawaban yang tepat. 2.
Saya senang
untuk terus berusaha menyelesaikan permasalahan / soal rem yang menantang. 3.
Saya
memahami dengan mudah perintah dalam memecahkan permasalahan/ soal. |
1.
Saya lebih
senang menyelesaikan soal tentang materi rem berupa pilihan ganda. 2.
Saya
melewati soal tentang rem yang sulit. 3.
Saya merasa
kesulitan dalam memahami perintah dalam memecahkan permasalahan/ soal. |
Rasa
ingin tahu |
1.
Saya senang
mencari informasi yang berhubungan dengan pembelajaran. |
1.
Saya tidak senang mencari
informasi yang berhubungan dengan pembelajaran. |
Suasana tempat belajar |
1.
Ruang
belajar di sekolah sangat nyaman sehingga saya bisa fokus saat belajar. |
1.
Ruang
belajar di sekolah kurang nyaman sehingga saya tidak bisa fokus saat belajar. |
Pada tabel 3.3. menjelaskan bahwa
indikator minat belajar dan kepercayaan diri
peserta didik bisa dibedakan menjadi pernyataan favorable dan unfavorable berdasarkan 6 indikator yang sudah dijelaskan
sebelumnya. Selanjutnya peneliti
menyusun kisi–kisi untuk lembar kuesioner minat belajar dan kepercayaan diri yang berdasarkan tabel. Kisi – kisi kuesioner minat belajar dan kepercayaan diri dapat dilihat dalam tabel 3.4.
Tabel 3.4. Kisi – kisi Kuesioner
minat belajar dan
kepercayaan diri
No. |
Indikator |
No.Pernyataan |
Jumlah |
|
Favorable |
Unfavorable |
|||
1 |
Aktif dalam belajar |
3, 6 |
1, 10 |
4 |
2 |
Tidak cepat putus asa |
2 |
4 |
2 |
3 |
Senang dalam belajar |
5, 15 |
1, 17 |
4 |
4 |
Adanya umpan balik |
13, 18, 20 |
9, 12, 19 |
6 |
5 |
Rasa ingin tahu |
16 |
8 |
2 |
6 |
Suasana tempat belajar |
14 |
11 |
2 |
Total |
20 |
3. Dokumentasi
Dokumentasi bisa berupa foto dan video
selama kegiatan belajar mengajar di dalam kelas saat penerapan model pembelajaran Problem Based Learning.
F. Instrumen Penelitian
Penelitian ini mempunyai 2 variabel yaitu instrumen sikap dan
instrumen hasil belajar. Sugiyono (2010:61)
merumuskan variabel penelitian merupakan suatu atribut atau sifat atau nilai
dari orang, objek atau kegiatan yang
mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya.
Berikut ini adalah uraian
instrumen dari masing-masing variabel dalam penelitian.
1.
Instrumen Sikap
Penelitian dilakukan dengan cara
pengambilan data menggunakan Kuesioner. Berikut ini merupakan tabel instrumen
Penelitian yang akan digunakan dalam
penelitian dapat dilihat dalam tabel 3.5.
Tabel. 3.5. Instrumen Penelitian sikap
No. |
Pernyataan |
SS |
S |
TS |
STS |
1 |
Ketika saya ingin bertanya, saya kesusahan menyusun kalimat pertanyaan. |
|
|
|
|
2 |
Saat guru bertanya, saya
berusaha memikirkan jawaban yang benar. |
|
|
|
|
3 |
Saya akan bertanya sampai
saya paham. |
|
|
|
|
4 |
Saya asal – asalan
menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru. |
|
|
|
|
5 |
Saya dapat membedakan pendapat yang benar dan
yang salah setelah berdiskusi bersama teman. |
|
|
|
|
6 |
Saya dapat membuat
pertanyaan sesuai dengan materi. |
|
|
|
|
7 |
Saya langsung menerima pendapat dari teman tanpa diskusi. |
|
|
|
|
8 |
Saya langsung mengumpulkan tugas tanpa meneliti
kembali. |
|
|
|
|
9 |
Saya lebih senang menyelesaikan soal tema
energi berupa pilihan ganda. |
|
|
|
|
10 |
Saya malas bertanya kepada guru, walaupun saya merasa belum paham. |
|
|
|
|
11 |
Saya mampu membuat kesimpulan dari materi yang sudah
dipelajari dengan bantuan guru. |
|
|
|
|
12 |
Saya melewati soal rem yang sulit. |
|
|
|
|
13 |
Saya memahami dengan mudah peritah dalam memecahkan permasalahan/
soal. |
|
|
|
|
14 |
Saya mampu membuat kesimpulan sendiri dari permasalahan/ materi
yang sudah dipelajari. |
|
|
|
|
15 |
Saya mendiskusikan pendapat yang berbeda dari teman kelompok agar
mendapatkan jawaban yang tepat. |
|
|
|
|
16 |
Saya meneliti kembali
hasil pekerjaan sebelum dikumpulkan kepada guru. |
|
|
|
|
17 |
Saya mengalami kesulitan untuk
membedakan pendapat yang
benar dan yang salah. |
|
|
|
|
18 |
Saya menyelesaikan permasalahan/ soal materi perawatan rem
dengan menggunakan berbagai cara sampai mendapatkan jawaban yang
tepat. |
|
|
|
|
19 |
Saya merasa kesulitan dalam memahami perintah dalam memecahkan permasalahan/ soal. |
|
|
|
|
20 |
Saya senang untuk terus berusaha menyelesaikan permasalahan/
soal rem yang menantang. |
|
|
|
|
Lembar kuesioner diisi oleh peserta
didik dengan memilih salah satu pilihan yang
tersedia dari angka Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS).
2.
Instrumen Hasil Belajar
Penelitian hasil belajar dilakukan
dengan cara pengambilan data menggunakan tes yang harus diisi oleh peserta
didik pada setiap akhir siklus. Soal tes terlampir dengan modul yang telah disusun.
G.
Teknik Pengujian
Instrumen
Teknik pengujian instrumen dalam
penelitian ini yaitu menggunakan uji validitas. Arikunto (2010:211) menyatakan
bahwa validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat
kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen. Validasi lembar
observasi dan soal tes dilakukan melalui cara validitas isi
yaitu dilakukan oleh para ahli (expert judgement). Secara teknik, pengujian
validitas isi dibantu dengan kisi-kisi instrumen. Di dalamnya terdapat
variabel yang diteliti, indikator sebagai tolak ukur dan nomor butir pertanyaan
yang dinyatakan dengan indikator. Setelah instrumen penelitian dikonsultasikan
kepada ahli, maka instrumen diujikan kepada peserta didik. Acuan penilaian yang
dipakai dalam validasi ini menggunakan Penilaian Acuan Patokan (PAP) tipe 2
(Masidjo, 1995: 157) adalah sebagai berikut:
Tabel 3.3. Penilaian Acuan Patokan
No. |
Skor |
Kriteria |
1 |
81 – 100 |
Sangat Baik |
2 |
66 – 80 |
Baik |
3 |
56 – 65 |
Cukup Baik |
4 |
46 – 55 |
Kurang Baik |
5 |
0 – 45 |
Sangat Kurang
baik |
Setelah lembar kuesioner dan tes
divalidasi oleh kepala sekolah dan
teman sejawat, diperoleh hasil rentang
66-80 dengan kriteria
baik, atau 81- 100
dengan kriteria sangat baik maka lembar observasi dan tes ini layak digunakan.
H.
Teknik Analisis
Data
Analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah statistik deskriptif kuantitatif dan deskriptif
kualitatif. Rumus yang digunakan merupakan deskriptif persentase yang
menggambarkan besarnya persentase minat belajar dan kepercayaan diri peserta didik pada materi perawatan rem
sepeda motor
Acuan penilaian yang dipakai dalam validasi ini menggunakan
Penilaian Acuan Patokan (PAP) tipe 2
(Masidjo, 1995: 157) adalah sebagai berikut:
Tabel 3.4.Penilaian Acuan Patokan
No. |
Skor |
Kriteria |
81 – 100 |
Sangat Baik |
|
2 |
66 – 80 |
Baik |
3 |
56 – 65 |
Cukup Baik |
4 |
46 – 55 |
Kurang Baik |
5 |
0 – 45 |
Sangat Kurang baik |
I. Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan merupakan suatu
kriteria yang digunakan untuk melihat tingkat keberhasilan dari kegiatan
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dalam meningkatkan kualitas atau mutu kegiatan
pembelajaran di kelas (Kunandar, 2008:126). Indikator keberhasilan yang ingin
dicapai dalam penelitian tindakan kelas ini
yaitu meningkatnya minat
belajar dan kepercayaan diri peserta didik pada materi perawatan rem sepeda di kelas XI TSM 1 SMK Ma’arif NU 02 Rowosari melalui penerapan model pembelajaran Problem Based Learning mencapai target
75 pada akhir siklus.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab IV ini, terdapat
dua hal yang diuraikan peneliti.
Dua hal tersebut
yaitu hasil penelitian yang
telah dilaksanakan berikut dengan pembahasannya.
A.
Hasil Penelitian
1.
Proses Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas dengan judul
“PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM
BASED LEARNING (PBL) PADA MATERI PERAWATAN REM SEPEDA MOTOR DALAM MENINGKATKAN MINAT BELAJAR DAN KEPERCAYAAN DIRI PESERTA DIDIK KELAS XI TSM 1 SMK MA’ARIF NU 02 ROWOSARI TAHUN PELAJARAN 2022/2023” telah dilaksanakan pada semester gasal tahun pelajaran 2022/2023 dengan
jumlah siswa sebanyak 20 peserta didik yang terdiri dari laki – laki semua.
Pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 20 Juli 2022 sampai dengan 20 Agustus 2022.
Dilaksanakan sebanyak 2 siklus dengan
menggunakan alokasi waktu 10 x 45 menit (10 JP) di setiap pertemuan sesuai
dengan jadwal pelajaran di sekolah.
a)
Kondisi Awal Partisipan
Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti terlebih dahulu melaksanakan
observasi pelaksanaan kegiatan pembelajaran di kelas. Observasi ini
dilaksanakan guna mengetahui kondisi awal peserta
didik kelas XI TSM 1 SMK Ma’arif NU 02 Rowosari sebelum dilakukannya Penelitian Tindakan
Kelas untuk menentukan indikator – indikator
yang dicapai. Peneliti juga melaksanakan wawancara kepada guru–guru
lainnya untuk mencari informasi
tentang proses belajar khususnya, pada materi Perawatan rem sepeda motor dan minat belajar peserta didik di kelas XI TSM
1.
Berdasarkan pengamatan peserta didik
kelas XI TSM 1 masih kurang bersemangat
mengikuti pembelajaran. Terlihat ketika guru sedang mulai menjelaskan
pembelajaran banyak siswa yang masih kurang serius. Metode pembelajaran tematik
yang digunakan oleh guru masih tergolong kurang inovatif yaitu menggunakan
metode ceramah dan penugasan sesuai yang sudah ada di buku. Guru masih terpaku
kepada kegiatan yang terdapat dalam buku pegangan peserta didik. Dampak dari
kurangnya semangat belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran adalah hasil
belajar yang masih rendah dan kurangnya motivasi peserta didik. Selain itu juga masih banyak
peserta didik yang memperoleh nilai di bawah Kriteria Ketercapaian Tujuan
Pembelajaran (KKTP) pada materi perawatan rem. Karena peserta didik merasa kesulitan
dalam memahami semua materi pembelajaran yang terintegrasi dalam pembelajaran rem.
1)
Proses Pelaksanaan siklus I
Penelitian siklus I dilakukan dalam satu
kali kegiatan pembelajaran dengan
alokasi waktu 8 x 45 menit (8 JP) di kelas XI TSM
1 SMK
Ma’arif NU 02 Rowosari pada tanggal 27 Juli 2022 di kelas
XI TSM 1 SMK Ma’arif NU 02 Rowosari.
2)
Perencanaan
Perencanaan dalam penelitian ini adalah menyiapkan ATP, Modul, Bahan Ajar, LKPD
dan media pembelajaran. Selain itu peneliti juga menyusun questioner minat belajar dan kepercayaan diri peserta didik yang dibagikan pada saat awal pembelajaran.
3)
Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan dilakukan dalam
satu kali kegiatan pembelajaran dengan alokasi waktu 8 x 45 menit (8 JP) di kelas XI TSM 1 SMK Ma’arif NU 02 Rowosari. Penelitian ini
berlangsung sesuai jadwal pembelajaran
di kelas XI TSM 1 SMK Ma’arif NU 02
Rowosari .
Pada pertemuan yang dilakukan tanggal 27 Juli 2022 ini membahas tentang materi perawatan rem hidrolik sepeda motor.
Pada kegiatan inti guru melaksanakan
tanya jawab mengenai perawatan rem hidrolik.Guru membentuk kelompok kerja untuk berdiskusi tentang masalah –
masalah yang sudah ditemukan.
Peserta didik mengamati, mendiskusikan,
dan menuliskan LKPD yang sudah dibagikan.
Pada kegiatan akhir peserta didik dan
guru bersama-sama menyimpulkan pembelajaran hari ini. Kemudian peserta didik mengerjakan soal evaluasi
secara individu. Peserta didik merefleksikan
hal – hal yang sudah dipelajari secara lisan.
4)
Pengamatan
Pengamatan dilaksanakan dengan tujuan
untuk mengetahui peningkatan minat
belajar dan kepercayaan diri peserta didik. Pada
pelaksanaan kegiatan pembelajaran peneliti dibantu teman sejawat untuk
mendokumentasikan berlangsungnya kegiatan belajar di kelas XI TSM 1 SMK Ma’arif NU
02 Rowosari.
5)
Refleksi
Setelah melaksanakan siklus I, peneliti
melaksanakan refleksi terhadap proses kegiatan pembelajaran yang telah
dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah
disiapkan. Selain itu peneliti juga melaksanakan refleksi
dari kegiatan yang sudah dilakukan pada siklus I.
Pembelajaran yang dilakukan sudah sesuai dengan perangkat
pembelajaran yang telah disiapkan oleh peneliti.
Kegiatan pertama ini berjalan dengan lancar sesuai dengan
rencana. Peserta didik terlihat sangat antusias untuk
mengikuti kegiatan pembelajaran. Alokasi waktu yang
ditentukan juga cukup untuk melaksanakan kegiatan ini. Dalam siklus ini ada beberapa peserta didik yang terlihat kurang aktif dalam mengikuti pembelajaran. Hasil refleksi tersebut
dapat diperbaiki dan dilakukan pada siklus kedua.
b)
Proses Pelaksanaan siklus II
1)
Perencanaan
Pada siklus II peneliti membuat
perencanaan pembelajaran berdasarkan hasil
refleksi pada siklus I. Peneliti memperbaiki kekurangan yang ada pada siklus I. peneliti melakukan koordinasi dengan peserta didik kelas XI TSM 1 SMK Ma’arif NU
02 Rowosari agar pembelajaran pada
siklus II lebih baik dari siklus I. Selain itu peneliti juga menyiapkan perangkat
pembelajaran mulai dari Modul ajar, Bahan Ajar, LKPD, Media pembelajaran dan
soal evaluasi yang akan digunakan dalam siklus II.
2)
Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan ini dilaksanakan
dalam satu kali pembelajaran dengan alokasi waktu 8 x 45 menit (8 JP) di kelas XI TSM 1 SMK Ma’arif NU 02
Rowosari. Penelitian ini berlangsung sesuai jadwal pembelajaran di SMK Ma’arif
NU 02 Rowosari.
Pada pertemuan yang dilaksanakan
tanggal 8 Agustus 2022 ini membahas tentang materi Perawatan rem mekanik pada sepeda motor.
Pada kegiatan inti guru melakukan tanya jawab dengan
siswa mengenai perawatan rem
mekanik sepeda motor. Guru membentuk kelompok kerja untuk
mendiskusikan permasalahan yang sudah ditemukan. Siswa mengamati,
mendiskusikan, dan menuliskan LKPD yang sudah dibagikan.
Pada kegiatan akhir siswa dan guru bersama-sama
menyimpulkan pembelajaran hari ini. Kemudian
siswa mengerjakan soal evaluasi secara individu. Siswa merefleksikan hal – hal yang sudah
dipelajari secara lisan.
3)
Pengamatan
Pengamatan yang dilaksanakan pada
siklus II yaitu dengan melakukan kegiatan pengamatan dan memberikan lembar kuesioner pada
peserta didik. Dalam pengamatan tersebut dapat dilihat
bahwa peserta didik kelas XI TSM 1 SMK Ma’arif NU
02 Rowosari mengalami peningkatan pada
Minat belajar dan juga
kepercayaan diri.
4)
Refleksi
Setelah melakukan kegiatan
pembelajaran siklus II, peneliti melaksanakan
kegiatan refleksi proses pembelajaran yang telah
dilaksanakan sesuai rencana, yaitu
menganalisis proses pembelajaran, hasil evaluasi, dan
kuesioner mengenai minat
belajar dan kepercayaan diri peserta didik
B.
Minat Belajar dan kepercayaan diri
Minat belajar dan kepercayaan diri peserta didik kelas XI TSM 1 SMK Ma’arif
NU 02 Rowosari diperoleh dari hasil pengamatan dan lembar kuesioner yang diberikan kepada peserta didik sebelum dan setelah diberikan tindakan dengan model pembelajaran Problem Based Learning.
Kriteria
minat belajar dan kepercayaan
diri peserta didik didasarkan pada indikator yang telah
ditetapkan, yaitu:
A : Aktif dalam belajar
B : Tidak cepat putus asa
C : Senang dalam belajar
D : Adanya umpan balik
E : Rasa ingin tahu
F : Suasana tempat belajar
Hasil
dari pengamatan dan kesimpulan dari hasil Kuesioner dapat dilihat pada tabel 4.1.
Tabel 4.1. Kondisi Awal minat Belajar dan
Kepercayaan diri
No |
Nama Siswa |
Aspek yang dinilai |
Kriteria |
|||||
A |
B |
C |
D |
E |
F |
|||
1 |
A. HUDA ULUMUDIN |
2 |
3 |
2 |
3 |
2 |
3 |
Cukup |
2 |
AAN DENI PRASETYO |
2 |
2 |
1 |
1 |
2 |
2 |
Sangat Kurang |
3 |
ABDHAN HIDAYAT |
3 |
3 |
3 |
2 |
2 |
2 |
Cukup |
4 |
ABI FADLI |
3 |
2 |
3 |
3 |
2 |
2 |
Cukup |
5 |
ADI
PRASETYO |
2 |
2 |
2 |
2 |
2 |
2 |
Kurang |
6 |
ADY KURNIA WIBOWO |
2 |
3 |
2 |
2 |
2 |
2 |
Kurang |
7 |
AGUNG SETIAWAN |
2 |
2 |
2 |
2 |
3 |
2 |
Kurang |
8 |
AHMAD AGUS SALIM |
2 |
2 |
2 |
3 |
3 |
3 |
Cukup |
9 |
AHMAD BAKHTIAR |
3 |
3 |
3 |
2 |
2 |
2 |
Cukup |
10 |
AHMAD KAMALLUDIN |
3 |
3 |
3 |
2 |
2 |
2 |
Cukup |
11 |
AHMAD SOFYAN F. |
2 |
3 |
3 |
3 |
2 |
2 |
Cukup |
12 |
AINU ROHMAN |
2 |
2 |
2 |
2 |
2 |
2 |
Kurang |
13 |
AKBAR SUJIWO |
2 |
2 |
2 |
2 |
3 |
2 |
Kurang |
14 |
ALI MASDUKI |
3 |
2 |
2 |
2 |
2 |
2 |
Kurang |
15 |
ANDRE EKO S. |
2 |
2 |
2 |
2 |
2 |
2 |
Kurang |
16 |
ANGGY
SIFARANDY |
3 |
3 |
2 |
2 |
2 |
2 |
Cukup |
17 |
ARDI ROHMAWAN |
3 |
3 |
2 |
2 |
3 |
2 |
Cukup |
18 |
ARYA ADI PRASETYO |
2 |
3 |
2 |
2 |
2 |
2 |
Kurang |
19 |
AZZA DZIKRON
TAUFIQI |
1 |
1 |
2 |
2 |
2 |
2 |
Sangat Kurang |
20 |
BAHRUN |
3 |
3 |
2
|
3 |
2 |
2 |
Cukup |
Keterangan Nilai :
(4) : Sangat Baik
(3) : Baik
(2) : Cukup
(1) : Kurang
Kriteria :
81 – 100 Sangat Baik
66 – 80 Baik
56 – 65 Cukup Baik
46 – 55 Kurang Baik
0 – 45 Sangat Kurang baik
Dari hasil
tabel di atas, dapat diketahui bahwa peserta didik yang memiliki minat belajar dan kepercayaan diri dengan kriteria cukup sebanyak 10 anak, peserta
didik yang memiliki minat
belajar dan kepercayaan diri dengan kriteria kurang
sebanyak 8 anak sedangkan peserta didik yang memiliki minat belajar dan kepercayaan diri sangat kurang sebanyak 2 anak.
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan belum semua peserta didik memiliki kriteria berminat belajar dan mempunyai kepercayaan diri, meskipun sedikit ada peningkatan jika dibandingkan dengan sebelum menggunakan
model pembelajaran Problem Based Learning.
Adapun
untuk minat belajar dan kepercayaan diri peserta didik
pada kondisi akhir diperoleh dari data pengamatan dan kuesioner pada akhir siklus II. Skor rata–rata pada setiap indikator dapat dilihat dalam tabel 4.2.
Tabel 4.2. Kondisi Akhir Minat belajar dan kepercayaan diri
No |
Nama Siswa |
Aspek yang dinilai |
Kriteria |
|||||
A |
B |
C |
D |
E |
F |
|||
1 |
A. HUDA ULUMUDIN |
4 |
3 |
2 |
2 |
2 |
2 |
Cukup |
2 |
AAN DENI PRASETYO |
3 |
3 |
2 |
3 |
2 |
2 |
Cukup |
3 |
ABDHAN HIDAYAT |
3 |
2 |
3 |
3 |
2 |
2 |
Cukup |
4 |
ABI FADLI |
4 |
3 |
2 |
2 |
2 |
2 |
Cukup |
5 |
ADI
PRASETYO |
3 |
3 |
3 |
2 |
2 |
2 |
Cukup |
6 |
ADY
KURNIA WIBOWO |
2 |
3 |
3 |
2 |
2 |
2 |
Cukup |
7 |
AGUNG SETIAWAN |
4 |
3 |
2 |
2 |
2 |
2 |
Cukup |
8 |
AHMAD AGUS SALIM |
4 |
3 |
3 |
3 |
3 |
3 |
Baik |
9 |
AHMAD BAKHTIAR |
3 |
3 |
4 |
3 |
3 |
3 |
Baik |
10 |
AHMAD KAMALLUDIN |
3 |
2 |
4 |
2 |
2 |
2 |
Cukup |
11 |
AHMAD SOFYAN F. |
3 |
3 |
3 |
2 |
2 |
2 |
Cukup |
12 |
AINU
ROHMAN |
2 |
3 |
3 |
2 |
3 |
2 |
Cukup |
13 |
AKBAR SUJIWO |
2 |
3 |
3 |
3 |
2 |
2 |
Cukup |
14 |
ALI
MASDUKI |
3 |
3 |
4 |
3 |
3 |
3 |
Baik |
15 |
ANDRE EKO S. |
3 |
3 |
3 |
2 |
2 |
2 |
Cukup |
16 |
ANGGY SIFARANDY |
3 |
2 |
3 |
3 |
2 |
2 |
Cukup |
17 |
ARDI
ROHMAWAN |
4 |
3 |
2 |
2 |
2 |
2 |
Cukup |
18 |
ARYA ADI PRASETYO |
3 |
3 |
3 |
2 |
2 |
2 |
Cukup |
19 |
AZZA DZIKRON
TAUFIQI |
4 |
2 |
3 |
2 |
2 |
2 |
Cukup |
20 |
BAHRUN |
4 |
3 |
3 |
3 |
3 |
3 |
Baik |
Dari
tabel 4.2. diketahui keseluruhan indikator kondisi akhir minat belajar dan kepercayaan diri peserta didik yaitu dari 20 peserta didik dengan kriteria cukup berminat belajar dan mempunyai kepercayaan
diri sebanyak 16 peserta didik dan 4 peserta didik dengan kriteria baik. Sehingga dapat dikatakan adanya peningkatan pada
minat belajar dan kepercayaan diri pada peserta didik dibandingkan pada siklus
sebelumnya.
C.
Hasil Belajar
1.
Deskripsi Data Hasil Penelitian Pra Siklus
Penelitian tindakan kelas dilakukan oleh
peneliti pada peserta didik kelas XI TSM 1 SMK Ma’arif NU 02
Rowosari Kecamatan Rowosari Kabupaten Kendal. Subjek dari penelitian adalah
seluruh peserta didik kelas XI TSM
1 SMK Ma’arif NU 02 Rowosari . Jumlah peserta didik
sebagai subjek penelitian adalah sebanyak 20 peserta didik. Adapun waktu pelaksanaan Pra siklus ini adalah
pada tanggal 20 Juli 2022.
Dari pelaksanaan diperoleh data-data hasil penelitian sebagai berikut:
Tabel Nilai Siswa Pra Siklus I
No |
Nama Siswa |
L/P |
Nilai |
KKTP |
Keterangan |
1 |
A. HUDA ULUMUDIN |
L |
60 |
75 |
Belum Tuntas |
2 |
AAN DENI PRASETYO |
L |
80 |
75 |
Tuntas |
3 |
ABDHAN HIDAYAT |
L |
40 |
75 |
Belum Tuntas |
4 |
ABI FADLI |
L |
40 |
75 |
Belum Tuntas |
5 |
ADI PRASETYO |
L |
50 |
75 |
Belum Tuntas |
6 |
ADY KURNIA W. |
L |
60 |
75 |
Belum Tuntas |
7 |
AGUNG SETIAWAN |
L |
40 |
75 |
Belum Tuntas |
8 |
AHMAD AGUS SALIM |
L |
80 |
75 |
Tuntas |
9 |
AHMAD BAKHTIAR |
L |
50 |
75 |
Belum Tuntas |
10 |
AHMAD KAMALLUDIN |
L |
80 |
75 |
Tuntas |
11 |
AHMAD SOFYAN F. |
L |
80 |
75 |
Tuntas |
12 |
AINU ROHMAN |
L |
40 |
75 |
Belum Tuntas |
13 |
AKBAR SUJIWO |
L |
50 |
75 |
Belum Tuntas |
14 |
ALI
MASDUKI |
L |
80 |
75 |
Tuntas |
15 |
ANDRE EKO S. |
L |
50 |
75 |
Belum Tuntas |
16 |
ANGGY SIFARANDY |
L |
80 |
75 |
Tuntas |
17 |
ARDI
ROHMAWAN |
L |
40 |
75 |
Belum Tuntas |
18 |
ARYA ADI PRASETYO |
L |
80 |
75 |
Tuntas |
19 |
AZZA DZIKRON T. |
L |
60 |
75 |
Belum Tuntas |
20 |
BAHRUN |
L |
80 |
75 |
Tuntas |
Jumlah |
20 |
|
|
|
|
Rata-rata |
|
61 |
|
|
|
Ketuntasan |
|
40% |
|
|
KKTP 75
Ketuntasan |
Jumlah Siswa |
Persentase |
KKTP |
Nilai Rata2 |
Tuntas |
8 |
40 % |
75 |
61 |
BelumTuntas |
12 |
60 % |
Tabel
di atas menunjukkan bahwa
ketuntasan belajar hanya 40 % (8
peserta didik) dari 20 peserta didik.
Hal itu menunjukkan bahwa hasil
belajar peserta didik jauh dari indikator keberhasilan
belajar minimal yaitu 75% dari jumlah peserta didik atau yang mencapai KKTP = 75 sehingga terdapat
60 % (12 peserta didik) belum memenuhi Kriteria Ketercapaian Tujuan
Pembelajaran (KKTP).
2.
Deskripsi Data Hasil Penelitian
Siklus I
Berdasarkan dari data hasil belajar
peserta didik pada pra-siklus, maka akan dilakukan Siklus I pada hari Rabu, 27 Juli 2022 dengan
materi Perawatan rem hidrolik
sepeda motor. Dari pelaksanaan kegiatan Siklus I diperoleh data-data hasil penelitian sebagai
berikut:
Data Penilaian Hasil Belajar
Peserta didik pada Siklus
I
Tabel Nilai Siswa Siklus I
No |
Nama Siswa |
L/P |
Nilai |
KKTP |
Keterangan |
1 |
A. HUDA ULUMUDIN |
L |
80 |
75 |
Tuntas |
2 |
AAN DENI PRASETYO |
L |
80 |
75 |
Tuntas |
3 |
ABDHAN HIDAYAT |
L |
50 |
75 |
Belum Tuntas |
4 |
ABI FADLI |
L |
80 |
75 |
Tuntas |
5 |
ADI PRASETYO |
L |
60 |
75 |
Belum Tuntas |
6 |
ADY KURNIA W. |
L |
90 |
75 |
Tuntas |
7 |
AGUNG SETIAWAN |
L |
50 |
75 |
Belum Tuntas |
8 |
AHMAD AGUS SALIM |
L |
80 |
75 |
Tuntas |
9 |
AHMAD BAKHTIAR |
L |
80 |
75 |
Tuntas |
10 |
AHMAD KAMALLUDIN |
L |
80 |
75 |
Tuntas |
11 |
AHMAD SOFYAN F. |
L |
80 |
75 |
Tuntas |
12 |
AINU ROHMAN |
L |
50 |
75 |
Belum Tuntas |
13 |
AKBAR SUJIWO |
L |
40 |
75 |
Belum Tuntas |
14 |
ALI
MASDUKI |
L |
90 |
75 |
Tuntas |
15 |
ANDRE EKO S. |
L |
80 |
75 |
Tuntas |
16 |
ANGGY SIFARANDY |
L |
90 |
75 |
Tuntas |
17 |
ARDI
ROHMAWAN |
L |
80 |
75 |
Tuntas |
18 |
ARYA ADI PRASETYO |
L |
40 |
75 |
Belum Tuntas |
19 |
AZZA DZIKRON T. |
L |
80 |
75 |
Tuntas |
20 |
BAHRUN |
L |
80 |
75 |
Tuntas |
Jumlah |
20 |
|
|
|
|
Rata-rata |
|
72 |
|
|
|
Ketuntasan |
|
70% |
|
|
KKTP 75
Ketuntasan Hasil Belajar = 14 /20 x 100% = 70%
Hasil belajar peserta didik kelas XI TSM 1 pada materi perawatan rem hidrolik sepeda motor diukur dengan menggunakan bentuk soal pilihan ganda sebanyak 12 butir yang
diikuti 20 peserta didik. Rekapitulasi data ketuntasan hasil belajar dapat
dijelaskan berikut ini.
Ketuntasan |
Jumlah Siswa |
Persentase |
KKTP |
Nilai Rata2 |
Tuntas |
14 |
70 % |
75 |
72 |
BelumTuntas |
6 |
30 % |
Tabel
di atas menunjukkan bahwa hasil ketuntasan belajar siswa sebesar
70% (14 peserta didik) dari 20
peserta didik artinya masih di bawah
indikator keberhasilan belajar minimal 75% dari jumlah peserta didik yang
mencapai KKTP = 75 karena masih ada
beberapa peserta didik (6
peserta didik) yang belum tuntas.
3.
Deskripsi Data Hasil Penelitian
Siklus II
Berdasarkan data hasil belajar peserta
didik pada pra-siklus, maka akan dilakukan Siklus II pada hari Senin, 8 Agustus
2022 dengan materi perawatan
rem mekanik sepeda motor. Dari pelaksanaan kegiatan Siklus
II diperoleh data-data hasil penelitian sebagai berikut:
Data Penilaian Hasil Belajar
Peserta Didik pada Siklus
II
Tabel Nilai Siswa Siklus II
No |
Nama Siswa |
L/P |
Nilai |
KKTP |
Keterangan |
1 |
A. HUDA ULUMUDIN |
L |
80 |
75 |
Tuntas |
2 |
AAN DENI PRASETYO |
L |
80 |
75 |
Tuntas |
3 |
ABDHAN HIDAYAT |
L |
80 |
75 |
Tuntas |
4 |
ABI FADLI |
L |
70 |
75 |
Tuntas |
5 |
ADI PRASETYO |
L |
70 |
75 |
Tuntas |
6 |
ADY KURNIA W. |
L |
70 |
75 |
Tuntas |
7 |
AGUNG SETIAWAN |
L |
60 |
75 |
Belum Tuntas |
8 |
AHMAD AGUS SALIM |
L |
80 |
75 |
Tuntas |
9 |
AHMAD BAKHTIAR |
L |
70 |
75 |
Tuntas |
10 |
AHMAD KAMALLUDIN |
L |
70 |
75 |
Tuntas |
11 |
AHMAD SOFYAN F. |
L |
80 |
75 |
Tuntas |
12 |
AINU ROHMAN |
L |
80 |
75 |
Tuntas |
13 |
AKBAR SUJIWO |
L |
80 |
75 |
Tuntas |
14 |
ALI
MASDUKI |
L |
90 |
75 |
Tuntas |
15 |
ANDRE EKO S. |
L |
60 |
75 |
Belum Tuntas |
16 |
ANGGY SIFARANDY |
L |
80 |
75 |
Tuntas |
17 |
ARDI
ROHMAWAN |
L |
80 |
75 |
Tuntas |
18 |
ARYA ADI PRASETYO |
L |
60 |
75 |
Belum Tuntas |
19 |
AZZA DZIKRON T. |
L |
70 |
75 |
Tuntas |
20 |
BAHRUN |
L |
90 |
75 |
Tuntas |
Jumlah |
20 |
|
|
|
|
Rata-rata |
|
75 |
|
|
|
Ketuntasan |
|
85 % |
|
|
KKTP 75
Ketuntasan Hasil Belajar = 17/20 x 100% = 85 %
Hasil belajar peserta didik kelas XI TSM 1 pada materi perawatan rem mekanik sepeda motor diukur dengan bentuk soal uraian sebanyak 5 butir yang diikuti 20
peserta didik. Rekapitulasi data ketuntasan hasil belajar dapat dijelaskan
berikut ini.
Ketuntasan |
Jumlah Siswa |
Persentase |
KKTP |
Nilai Rata2 |
Tuntas |
16 |
85 % |
75 |
75 |
BelumTuntas |
3 |
15% |
Tabel diatas menunjukkan bahwa
ketuntasan belajar peserta didik sebesar 85% (17 peserta didik) dari 20 peserta
didik artinya sudah sesuai indikator keberhasilan belajar minimal 75% dari
jumlah peserta didik yang mencapai
KKTP = 75 karena hanya ada 3 peserta didik yang belum tuntas.
BAB V
PENUTUP
Dalam bab V ini peneliti membahas
mengenai kesimpulan, keterbatasan penelitian, dan
saran.
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan data hasil penelitian yang telah diuraikan pada
bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1.
Penerapan
model pembelajaran Problem Based Learning
bisa meningkatkan minat belajar dan kepercayaan diri peserta didik kelas XI TSM 1 SMK Ma’arif NU 02 Rowosari. Hal tersebut
ditunjukkan dari hasil Pengamatan dan kuesioner
tentang minat belajar dan
kepercayaan diri peserta didik yang mengalami peningkatan. Dengan rata – rata
kelas dengan kriteria cukup
sebesar 80% dari yang sebelumnya dengan rata-rata kelas dengan kriteria kurang
sebesar 50%.
2.
Meningkatnya minat belajar dan kepercayaan diri
peserta didik dengan penerapan model pembelajaran Problem
Based Learning di kelas XI TSM 1 SMK Ma’arif NU 02 Rowosari pada pembelajaran perawatan rem sepeda motor tentunya hal tersebut bisa dibuktikan
dari hasil belajar perawatan rem sepeda motor dan persentase ketercapaian KKTP yang telah mengalami peningkatan
dibandingkan dari kondisi awal. Pada kondisi
awal rata – rata hasil belajar peserta didik
adalah 61, kemudian meningkat pada siklus I rata-rata adalah
72 selanjutnya pada siklus II hasil belajar peserta didik juga sudah mengalami
peningkatan dengan rata-rata 75. Sedangkan persentase ketercapaian KKTP pada kondisi awal yaitu sebesar 40%,
kemudian setelah dilaksanakannya model pembelajaran Problem Based Leraning meningkat 30 % mejadi 70 % pada siklus I, dan pada siklus II meningkat sebesar 15% menjadi 85%.
3.
Upaya peningkatan
motivasi dan hasil belajar peserta didik pada pembelajaran materi perawatan rem sepeda motor kelas XI TSM 1 SMK Ma’arif NU 02 Rowosari melalui model Problem Based Leraning telah dilakukan dengan langkah–langkah yaitu
(1) orientasi peserta didik pada masalah, (2) Mengorganisasikan peserta didik
untuk belajar, (3) Membimbing penyelidikan/pengalaman individu atau kelompok,
(4) Mengembangkan dan menyajikan hasil karya, (5) Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan
masalah.
5.2 Keterbatasan Penelitian
Penelitian tindakan kelas yang dilakukan pada peserta didik
kelas XI
TSM 1
SMK Ma’arif NU 02 Rowosari mengenai minat belajar dan kepercayaan diri peserta didik dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning
yang telah dilaksanakan dengan baik.
1.
Peneliti
melakukan pembelajaran dengan menggunakan media pembelajaran yaitu Power Point.
2.
Peneliti dalam melakukan penelitian tindakan kelas tidak melakukan pembahasan atas jawaban dari soal evaluasi setelah peserta didik selesai
mengerjakan karena keterbatasan waktu.
5.3 Saran
Berdasarkan data hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakann, peneliti menyampaikan
saran sebagai berikut.
1.
Bagi Sekolah
Sekolah dapat memberikan arahan maupun motivasi kepada
guru agar melakukan pembelajaran dengan kreatif
dan inovatif. Misalnya dengan menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning pada pembelajaran
materi perawatan rem sepeda
motor, karena dengan menggunakan metode eksperimen ini
dapat meningkatkan minat
belajar dan kepercayaan diri peserta didik.
2.
Bagi Peserta
Didik
Peserta didik seharusnya
dapat mengembangkan pengetahuan dan keterampilan untuk meningkatkan minat belajar dan kepercayaan
diri
melalui kegiatan diskusi kelompok dalam menyelesaikan permasalahan pada saat
proses pembelajaran yang ada di
kelas.
3.
Bagi peneliti
Peneliti dalam melaksanakan penelitian harus mampu
memanfaatkan dan mengatur waktu yang diberikan dengan sebaik –
baiknya. Sehingga semua bagian atau tahapan dalam penelitian dapat disampaikan dengan sistematis.
DAFTAR PUSTAKA
Amir, Taufiq. 2010. Inovasi Pendidikan Melalui Problem
Based Learning bagaimana pendidik Memberdayakan
Pembelajar di Era Pengetahuan. Jakarta: Kencana.
Arikunto, Suharsimi dkk. 2008. Penelitian Tindakan
Kelas. Jakarta: PT. Bumi Aksara. _.
2010. Prosedur
Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi & Cepi, Safruddin
Abdul Jabar. 2014. Evaluasi Program
Pendidikan. Jakarta: PT.
Bumi Aksara.
Bono, Edward De. 2007. Revolusi Berpikir Edward De Bono: Belajar
berpikir canggih dan kreatif
dalam memecahkan masalah dan memantik ide-
ide baru. Bandung:Kaifa
Nurdiansyah. Inovasi Model Pembelajaran Sesuai Kurikulum 2013.
Sidoarjo: Nizamial Learning Center, 2016.
Zubaidah, Siti. Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi yang
dapat dikembangkan melalui pembelajaran sains.
reseacrhgate.net, 2020
Sagendra, Berti.
2021. Proyek IPAS : Penerbit, Erlangga